Ada yang mau menolak kesempatan berlibur ke satu dari sekian banyak list destinasi wisata impian seperti sailing trip Labuan Bajo? Pasti bukan saya. Juga pastinya bukan kamu.
Sunrise di Lombok International Airport, kurangi gegasmu, nikmati ia sebentar. Dokpri |
Saya beruntung. Suami dan anak-anak sama gembiranya ketika peroleh kabar, saya satu dari dua puluh penikmat jalan-jalan seru di rombongan Weekend Escape bersama Buka Mata Buka Insto. Kegembiraan yang terjaga sejak awal berangkat di pagi buta, Kamis 23 November sampai akhirnya saya mengucap salam di pintu depan rumah, hampir tengah malam di Sabtu 25 November lalu.
By Pass LIA di Pagi Buta
Memulai kembali ritme kerja kantor, saya berangkat pukul empat pagi dari satu sudut di kota Sapi Lombok, Gerung Lombok Barat – bukan dari Selong, kota kelahiran yang kini saya tinggali kembali. Satu koper kecil dan satu backpack telah siap. Dari semua kompleksitas perjalanan, satu hal yang masih jadi kekhawatiran, sekuat apa tubuh saya habiskan dua malam di atas perahu?
Berbincang ringan dengan sopir taksi terbaik Lombok (Lombok Taksi) yang antarkan saya ke bandara, afirmasi positif mulai saya alirkan ke seluruh impuls tubuh, terutama otak. Dua pesawat kecil dengan 70 kursi dan akan melintas di atas tiga pulau serta tiga selat, sudah mulai terasa biasa. Rasa sama yang akan saya yakini ketika harus lelap bersama goyangan lembut lambung besar perahu phinisi. Sekian belas jam ke depan, di satu sudut perairan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur.
Kemudian, perbincangan lahir dan sunyi saya berujung pada fajar pagi yang indah. Tadinya saya masih sibuk bercakap sendiri tanpa kata, ketika akhirnya sadar, satu pesawat bertuliskan Republik Indonesia berada di sisi timur landasan dengan latar pijar bulat oranye. Sekeliling pesawat itu sama sunyi dengan tubuh saya, tapi banyak kata-kata melintas ‘kabarnya orang nomor satu negeri kembali datangi Lombok untuk acara ini pun itu’. Baiklah, selamat datang lagi. Tenangkan sedikit gaduh, beberapa sudut Lombok yang sempat digerus luapan air. Terima kasih ^^
Kamu Harus Selalu Kembali ke Negeri Para Dewa
Tak banyak kesunyian yang bisa diingat dari terbang lima belas menit untuk kemudian kembali rasakan hentak tiga roda pesawat, kali ini di landasan tanah negeri para dewa. Saya bergegas bersama sebagian kecil yang telah lebih dulu keluar dari pintu di ekor pesawat, bidik sebentar satu gerbang yang pagi itu belum membuka. Jeda tiga jam. Sayang, saya masih harus menahan diri dari habiskan pagi di luar halaman luas I Gusti Ngurah Rai. Mungkin masih harus berkunjung lain waktu.
Apa kamu juga membaca berjuta kisah di wajah manis ini? Dokpri |
Satu hal yang masih selalu saya sukai dari perjalanan menyendiri sendiri, saya menjadi makin sibuk. Kata-kata mengendap tak terdengar, tak terhitung, namun berkisah tanpa jeda. Lantas saya pun tetiba sudah bergegas menuju ruang kedatangan di bandara Labuan Bajo. Entah mengapa harus menggegas langkah. Tak ada yang menunggui kedatangan saya. Hanya saja, saya ingin segera raih simpul dari keyakinan yang ingin terkelindan sepanjang pagi. Ayun perahu ingin segera saya akrabi.
Matahari mulai sepenggalah di ujung barat, akhirnya rombongan dari Jakarta tiba dan kini saya harus mulai melahirkan kata-kata. Teman pantas beroleh sapa, karena kesunyian yang saya nikmati sudah terasa cukup. Pagi indah berhak bersanding dengan sore yang sama indahnya, kali ini, ingin saya nikmati bersama. Sedikit bidikan sudut-sudut khas kota pesisir kecil, Labuan Bajo, dua jenis angkutan umumnya, perahu-perahu yang sandar, atap gonjong rumah makan Padang, rumah-rumah di lereng bukit. Tak tertahan, kembali saya sibuk bayangkan keindahan setiap pagi, nikmati fajar dari lautan Labuan Bajo di bilik-bilik jendela rumah di lereng bukit.
Waringin, spot dengan view sibuknya Labuan Bajo. Dokpri |
Masuki dermaga Labuan Bajo, kini buih seputih kapas sampai pun sedikit abu pekat, berubah menjadi serba biru ke segenap pandang. Tubuh saya melaju di atas lambung perahu yang kental dengan coklat di sebagian besar bidang, dinding kapal, buritan, dapur, tiga kamar dengan empat dipan berbusa empuk pun masih padat, satu kamar terluas di belakang ruang nakhoda – dekat dari anjungan teratas. Mari mengalunkan impian, trip bersama ruh para pelaut, entah di lapis generasi ke berapa, dulu.
Hi..selamat pagi..
ReplyDeletemenunggu kisah jalan2nya di Labuan Bajo part berikutnya..
Pagi juga ^^ Terima kasih dah mertamu yaaa *sodorinmugkopiLombok
DeleteIyas..
Jadi semangat nulis lanjutannya ^^
Ah, labuan bajo salah satu list destinasi yang menarik. Cuaca lagi lumayan buruk, bagaimana kondisi disana?
ReplyDeleteSempat hujan dan mendung senantiasa memang, tapi alhamdulillah tetap so much fun plus aman banget ^^
DeleteTerima kasih BW paginya :)
ah mupeng aku ke labuan bajo.. semoga ada yang ajak aku jalan-jalan ke bajo juga.
ReplyDeleteTunggu kisah selanjutnya di labuan bajo yang indah 😊
ReplyDeleteCeritanya agak puitis jadi sukak bacanya
ReplyDeletewah selamat y mba trip ke Labuan Bajonya kupun pengen banget ni kesini semoga bisa kesini someday :)
ReplyDeletewaah seru ya mba.. jadi pengen kesana lagi hehee ketemu mba mus lagi
ReplyDeleteKeren mba.. Waiting for the next trip
ReplyDelete