Indonesia, negeri seribu wajah.
Itulah frase terbaik menggambarkan Indonesia bagi aku.
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau besar/kecil. Ribuan bahasa daerah. Ribuan jenis kuliner khas. Ribuan adat/budaya yang juga khas.
Dan -meski bukanlah satu kemustahilan- cukup berat untuk menuliskan ribuan kekayaan tersebut hanya dalam satu tulisan.
Bahkan sebenarnya, ketika kita mencoba hidup cukup lama di berbagai daerah di Indonesia, rasanya seperti sudah mengelilingi dunia.
Bagaimana bisa?
Pertama, perbedaan bahasa sehari-hari. Tidak perlu harus melintas pulau-pulau terbesarnya. Cukup Anda berpindah dari Jogja ke Surabaya atau Malang, bahasa sehari-hari yang digunakan cukup berbeda.
Berikutnya, kekhasan makanan/kuliner dari masing-masing kota/daerah. Rasanya, bagian yang ini tidak akan mengundang banyak perdebatan.
Semakin terasa perbedaannya, jika sudah menyebut adat/budaya. Yang ini,bahkan per kota besar di satu pulau, kita bisa merincikan detail 10 perbedaan besar adat/budaya kota-kota tersebut.
Jadi, aku hanya akan mengambil 3 tema besar tersebut diatas, untuk tunjukkan sebagian dari ribuan kekayaaan perbedaan di Indonesia. Negeri seribu wajah.
BAHASA 'DUNIA' INDONESIA
Merujuk ke link wikipedia, tercatat ada tujuh ratusan bahasa daerah yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia.
Jika kemudian satu bahasa daerah ternyata terdiri dari 3 varian bahasa berbeda, ada kemungkinan tujuh ratus bahasa daerah tersebut menjadi 2 ribuan bahasa berbeda.
Dari segi ini saja, wajar jika seorang warga Indonesia, adalah juga seorang multilingual. Siapapun yang hidup/bekerja dari satu kota ke kota lainnya, besar kemungkinan menguasai lebih dari satu bahasa daerah. Tentu saja dengan bahasa pengantar utama, bahasa Indonesia.
Aku? Ketika akhirnya resmi menjadi warga Semarang 8 tahun lalu, aku merasa memasuki planet/negara/daerah antah berantah. Berbekal dua ucapan utama - yang memang cukup jamak digunakan di Lombok, daerah asalku -, yaitu 'sampun' untuk 'sudah' dan 'nggih' untuk 'iya' tak cukup membuatku percaya diri. Namun, ternyata tak terlalu sulit untuk menyerap semua bahasa jawa yang terhitung sangat asing buatku. Melalui 3 tahun proses ucap-menterjemahkan dengan dan bersama suami yang penutur asli, dalam 4 tahun aku sudah berhasil naik level penutur jawa 'intermediate'. Cukup mengerti ucapan-ucapan keseharian, dus mampu menuturkan semirip mungkin bahasa aslinya.
Bahasa jawa dialek Semarang, yang dimasukkan sebagai bahasa jawa kelompok tengah.
Total 4 bahasa utama yang aku kuasai, meski akhirnya tak beranjak dari level menengah. Bahasa ibu, sasak, 1 dari 5 dialek sasak yang tercatat. Bahasa nasional, bahasa Indonesia. Bahasa jawa kelompok tengah - yang aku yakin, aku tidak cukup mengerti untuk varian lainnya. Misal jawa jogya atau solo, yang sebenarnya dimasukkan juga sebagai kelompok tengah-. Bahasa Inggris, bahasa internasional.
Jika kemudian aku tak tergerak untuk -misalnya- pindah, bekerja dan tinggal di makasar, aku tidak yakin penguasaan bahasaku yang ke5 berhasil ^_^
KULINER INDONESIA
Mengingat begitu banyaknya kekayaan kuliner Indonesia, di tulisan ini aku hanya akan menggambarkan kekayaan 2 jenis kuliner utama yang aku alami/nikmati sehari-hari. Saat ini, aku tinggal di Semarang, dengan masa kecil sampai dewasa muda kental dalam kuliner sasak (lombok).
Kejutan kuliner terbaru, terjadi 2 bulan terakhir. Tiba-tiba, aku sangat kangen satu kuliner khas lombok, yaitu sayur lebui.
Meski sudah googling berulang kali, tidak terpikir sedikitpun bahwa kacang 'lebui' itu adalah juga kacang kedelai hitam, bahan utama membuat kecap. Dimana kacang jenis ini, hanya digunakan sebagai pelengkap nasi kuning dan hampir 8 dari 10 teman semarang lokal yang aku tanyakan, tidak terlalu menyukainya.
Akhirnya, 1KG kacang 'lebui' yang khusus dipaketkan adik dari Lombok, kunikmati sendiri selama 2 bulan terakhir. :P
Satu sisi, aku cukup terkejut saat mengetahui, jamaknya masyarakat Semarang mengkonsumsi Saren/Dideh. Satu jenis makanan yang hampir mustahil bisa ditemukan di sebagian besar wilayah Lombok, dimana prosentase muslimnya masih terbesar.
Untuk kuliner yang satu ini, hampir semua yang belum mencicipi kangkung lombok, akan menganggap sepele keenggananku yang sangat untuk konsumsi kangkung lokal semarang. Tak akan pernah berhasil membuat menu Pelecing Kangkung menggunakan kangkung lokal semarang.
ADAT/BUDAYA 'DUNIA' INDONESIA
Mengikuti penjelasan di bagian Kuliner, aku juga akan mengambil 2 contoh utama saja. Aku yakin, banyak yang sepakat, bahwa tidak cukup di satu tulisan untuk menggambarkan keragaman adat/budaya dari semua suku di Indonesia.
Contoh terjelas bisa diambil dari busana pengantin.
Mempertimbangkan aku bukanlah seorang designer atau apapun istilah profesi yang bisa menganalisa perbedaan mendasar busana pengantin Semarang dan Sasak, silakan perbedaan-perbedaan tersebut dinikmati di fotonya masing-masing saja..^_^
Masih berhubungan dengan busana pengantin, satu seni tabuh Lombok yang sangat khas dan hampir selalu digunakan diacara-acara adat pernikahan Sasak. Gendang Beleq. Gendang adalah bahasa umum dari alat tabuh gendang, 'Beleq' adalah 'besar. Dan ya, gendang/kendangnya memang sangat besar.Masalahnya, tidak bisa mencari rujukan seni yang sama persis dengan Gendang Beleq di Semarang. Mengingat untuk pernikahan di Semarang -jamaknya-, menggunakan seni lengkap gamelan, salah satunya adalah Gending Kirab Penganten. Dimana alat-alat musiknya jauh lebih banyak dan beragam daripada Gendang Beleq. Sayangnya, pertimbangan mahalnya menyewa seperangkat gamelan dengan penyanyi serta segala kelengkapannya, banyak yang memilih memutarkan kaset/cd Gending Kirab Penganten.
Jika berkenan, silakan urun saran-pendapat-sharing pengetahuan pelungguh/panjenengan/Anda semua tinggalkan dikomen tulisan ini. Tentunya akan semakin memperkaya usahaku menggambarkan begitu banyaknya wajah-wajah/keragaman budaya-kuliner-adat-bahasa yang kita miliki di Indonesia tercinta.
Diluar tiga bahasan utamaku diatas, berikut 2 sunrise koleksi pribadi. Yang pertama, megahnya Rinjani di siraman matahari pagi. Yang terakhir, magisnya satu fajar di satu sudut laut Tanjung Mas, Semarang. Pembuka dari banyaknya lokasi wisata/pemandangan-pemandangan eksotis yang dijanjikan di banyak tempat di Indonesia.
Negeri seribu wajah.
Catatan:
Beberapa foto terkait hasil gugling dengan mencantumkan link asli foto tersebut.
2 foto, busana pengantin Sasak dan prosesi Gendang Beleq, dipinjamkan seorang kawan fotografer di Lombok.
aku paling suka masakan indonesia... pling enak dibanding manapun
ReplyDelete