adanya skedul donor darah di satu swalayan dekat kompleks perumahan
kami. Temanku juga antusias menanggapi dan akan segera melihat skedul
donor darah terakhirnya di kartu, untuk memastikan apakah sudah
saatnya dia mendonorkan darah kembali.
Semangat yang belum berhasil aku tularkan ke suamiku.
Semangat yang sudah mulai ada di putri sulungku yang masih 9 tahun.
Sedikit flash back, aku mulai mendonorkan darah saat ikut kegiatan
komunitas pecinta alam, di semester pertama belasan tahun lalu. Tahun
1994/1995 sepertinya. Mengabaikan karakter tubuhku yang lebih sering
hipotensi aka bertensi rendah, aku berusaha menggunakan berbagai cara
agar tensi darahku mencapai batas minimal persyaratan diterima sebagai
pendonor.
Pagi itu ada skedul rutin Mapala, kegiatan donor darah yang bekerja
sama dengan unit PUTD lokal di Mataram, NTB.
Seperti pemula pendonor lainnya, tentu saja aku ngeri melihat ukuran
jarum yang ditusukkan di lengan para pendonor. Tapi, rasa ngeriku
sepertinya kalah oleh kagum, melihat para pendonor yang begitu santai
dan sangat menikmati momen disedotnya darah mereka.
Bingung sendiri oleh pergulatan ngeri dan ingin, akhirnya aku
mencari-cari cara agar bisa mendonor. Aku ingat, pertama di tes tensi,
tensiku waktu itu hanya 90/70. Hasil tanya kiri/kanan ke senior dan
perawat, disarankan minum kopi dan makan yang banyak. Saat itu juga
aku langsung sarapan ke2, semangkuk soto yang segera aku tandaskan.
Kemudian, segelas besar kopi panas sebagai minuman penutup. Entah
harus bersyukur atau tidak, saat kembali cek tensi, tensiku bisa genap
100/90..:D
Dan donor --paksaaan-- pertamaku berhasil!!
Aku bangga sekali waktu itu.
Sepertinya seharian itu aku mesam-mesem ndak jelas. Bangga bisa lewati
rasa ngeri terhadap jarum. Bangga bisa sok santai dan kalem pas darah
sekantong disedot sekian menit. Bahkan plester di bekas tusukan jarum
baru aku buka keesokan hari!! Entah karna ingin pamer atau takut
lubang bekas tusukan jarum alami pendarahan..LOL
Di total 13 kali momen donor, aku pernah ditolak hampir 10 kali.
Paling sering karena tensi rendah. Alasan utama berikutnya, karena
HBku tidak memenuhi standar.
Di Semarang, saat mulai tinggal dan bekerja dari tahun 2005 lalu, aku
baru sukses mendonor 3x saja. Selebihnya, sekitar 7x, HBku selalu
dibawah 12 mmHg, batas minimum persyaratan mendonor.
Idealnya, seseorang yang sehat bisa mendonor minimal 5x dalam setahun
(jika mengikuti temuan terbaru, bahwa seseorang yang sehat sudah bisa
mendonor lagi di hari ke72 dari hari terakhirnya mendonor).
Jadi, di 37 tahunku sekarang, harusnya aku bisa mendonor lebih dari
50x. Tentu saja diluar masa-masa kehamilan dan menyusui.
Mengingatkan saja, beberapa batasan standar jika ingin diterima
sebagai pendonor:
# Berat badan : 60Kg untuk wanita dan 65Kg untuk pria
# Tinggi badan: 155cm untuk wanita dan 160cm untuk pria
# Tensi darah : 100/90 (lupa kode dibelakang tensi darah :D )
# Hb darah : 12 mmHg
# Tidak sedang mens/hamil bagi wanita, juga tidak habis minum obat2an
tertentu/vitamin, 24 jam sebelum mendonor
# Dan beberapa syarat formal yang diisikan beberapa saat sebelum
mendonor. Misal, tidak menderita penyakit tertentu.
Sebagai penutup, juga sharing kabar, akan ada kegiatan donor darah di
acara produk Anlene, Sabtu 17 Nopember akhir wiken ini. Di Swalayan
ADA Setiabudi, Semarang Selatan.
Yuk mari, siapkan kondisi terbaik tubuhmu, agar lulus menjadi pendonor
darah..^_^
Post a Comment
Post a Comment