Sejak memutuskan sebagai perempuan pekerja, nominal
masa kerja saya sudah belasan tahun. Namun, PR terbesar saya pribadi, bahkan di
tahun ini sekalipun, masih belum mampu sisihkan rezeki untuk berqurban di Iedul
Adha 10 Dzulhijjah (bertepatan dengan 5 Oktober 2014) nanti.
Meski cukup berbangga bahwa salah seorang adik di keluarga
besar (saya 6 bersaudara) telah mampu gunakan rezekinya untuk berqurban untuk
dan atas nama bapak, hati kecil saya memiliki contoh sosok yang sangat
menginspirasi, pun menjadi ‘penantang’ besar saya untuk segera lakukan hal yang
sama.
Sebut saja nama beliau Mbak
Melati. Saya dan mbak Melati pernah sama-sama bekerja di satu tempat.
Bedanya, saya karyawan kantoran, dan beliau mbak asisten keluarga pak bos.
Selama bekerja (karena bekerja di rumah kantor) sering kami
berbagi kisah kehidupan. Lika-liku menjadi seorang istri atau ibu pekerja.
Singkat cerita, Mbak Melati ini salah satu soulmate saya dalam ber’keluh-kesah’ tentang kompleksitas kami
sebagai career woman ..:D
Satu momen mengejutkan kebersamaan saya dengannya, di salah
satu perayaan Iedul Qurban di kompleks tempat tinggal yang waktu itu
kebetulan berdekatan dengan Mbak Melati.
Salah satu tata cara penyembelihan hewan qurban, diantaranya menyebutkan nama
lengkap yang berqurban, kadang-kadang disertai dengan niat yang mengiringinya.
Misal, fulan bin fulana berkorban seekor kambing untuk sedekah atas nama
almarhumah ibunda beliau, dan seterusnya. Dari pengumuman panitia
qurban, dengan jelas saya mendengarkan disebutkannya nama lengkap Mbak Melati beserta sang suami
sebagai beberapa nama yang pada saat itu menjadi penyumbang hewan qurban.
Masyaallah..Lirih saya bersyukur dalam hati, pun terketuk betapa bersahajanya
sang mbak yang begitu pintar mengelola rezekinya sehingga telah mampu berqurban, sementara saya pribadi belum
bisa. Satu lagi tantangan bagi saya untuk semakin serius mengelola keuangan
keluarga.
Merujuk satu quote
dari buku Ibu Rina Dewi Lina
–seorang Chief Operating Officer ( COO )
Fokus Finansial--, “Hemat Bisa Miskin Boros Pasti Kaya”
bahwa siapapun kita pasti memiliki kemampuan mengelola keuangan. Bahwa meski
cara-cara, tips-tips dus trik mengelola keuangan banyak teorinya, jika mau,
tentu tetap bisa aplikatif untuk semua orang, juga saya.
Ibu Indari
Mastuti –founder
dan pegiat aktif Komunitas
IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) dan IIDB (Ibu-Ibu Doyan Bisnis) melalui
produk Metriks Penulisnya juga
berbagi ‘metode’ untuk tetap produktif di kondisi apapun yang sedang kita
lakoni. Contoh sederhana, saya pribadi saat ini sedang tidak terikat status
bekerja di perusahaan manapun, kerennya jobless (nebeng curcol :P), bukan
berarti saya tidak produktif. Keluangan waktu yang saya miliki bisa saya
manfaatkan maksimal mengikuti sebanyak mungkin tawaran-lomba-beasiswa menulis,
satu hal yang kadang justru sulit saya lakukan saat menjadi pekerja. Masalah
apakah di momen-momen tersebut saya tidak menang atau menjadi juara, tidak lagi
menjadi poin utama. Bagi saya, kesempatan memiliki network baru,
konsistensi keproduktifitasan, hasil tulisan dus tantangan untuk terus menerus
menyempurnakan setiap tulisan saya, adalah satu kemenangan tersendiri.
Dan pada akhirnya, rujukan apapun yang ingin kita gunakan,
baik itu semua sharing atau inspirasi dari Ibu Rina Dewi Lina, pun Ibu
Indari Mastuti, adalah dengan tujuan memaksimalkan potensi pribadi kita.
Entah itu untuk menambah penghasilan, kemudian mengelolanya dengan optimal, dan
berhasil menyisihkan sebagian untuk –akhirnya- bisa berqurban, semoga di
Iedul Qurban 2015. Amin ya Rabb.
Untuk Mbak Melati
di satu pojok Semarang sana,
terimakasih untuk semua sharing selama persahabatan kita.
Tulisan
pertama untuk #ODOA , semoga konsisten disisa 30 hari
kedepan ^_^
Post a Comment
Post a Comment