Alhamdulillah, tak terasa sudah hampir sepekan jalani awal Ramadan 1438 Hijriah. Pakai hitungan mundur begini, terasa enteng dan tetiba sudah harus bersiap berpisah lagi dengan bulan penuh keberkahan di kalender umat muslim sedunia ini.
Siluet Rinjani dari Nusantara Hotel & Resto Sembalun. Dokpri |
Pekan awal Ramadhan namun dua hari terakhir di kalender Masehi di penghujung Mei, kali ini Mbak Alley dan Mbak Rizka Alyna dipercaya pilihkan tema baru untuk putara ke-3 Arisan Blog bersama blogger produktif Gandjel Rel Semarang. Kira-kira, temanya apa yaaaa?
Sementara menunggu tema, boleh dong ya share sedikit aturan umum arisan blog ini.
Pertama, harus rajin setor sesuai jadwal. Misal, peserta arisan 44 blogger. Disepakati setiap kocokan hasilkan dua nama. Agar tak terlalu lama, masing-masing dua nama pilihkan tema dengan jadwal menulis selama 10 hari sejak hasil arisan diumumkan. Lumayan kan? Ada waktu 10 hari buat selesaikan tulisan sesuai tema yang ditentukan pemenang arisan.
Kedua, kudu rajin BW (blog walking). Yaaa, meski tidak diwajibkan banget-banget, setidaknya saling berbalas komen dengan yang sudah kunjungi serta tinggalkan komen di masing-masing post kita.
Ketiga, kudu komit sampai arisan selesai semua. Ya iya dong ya. Sudah mantap sejak awal ikut arisan, sudah seharusnya sama mantapnya juga menyelesaikan tanggung jawab sampai arisan selesai.
Ngggg, tiga catatan umum di atas lebih sebagai pengingat saya pribadi. Sedikit kilas balik, dulu pernah saya mengikuti tantangan menulis yang mirip dengan skema arisan di atas. Tapi lebih longgar, karena sekali tidak setor tulisan, akan langsung gugur dan tidak mendapatkan kompensasi seperti jika selesaikan tantangannya sampai akhir.
Ada yang pernah sama-sama bergabung di tantangan menulis 30 hari? Liga Blogger? Atau menulis fiksi 500 kata sehari dengan target jadi satu novel di hari ke100? Yah, jadi pengakuan 'dosa' menulis dah ini.
Hampir setengah dari ketentuan dasar lain arisan, yaitu tulisan minim 500 kata, tema kali ini tentang 'Sesuatu Yang Di Kangen'.
Ah, koq ya langsung ingat Rinjani. Si cantik 3726 mdpl (meter di atas permukaan laut) yang setiap pagi siluetnya terpampang jelas dari sebagian besar sudut kota Selong, ibukota kabupaten Lombok Timur. Kota kecil tanah kelahiran saya, yang makin hari makin berkembang menjadi kota besar.
Salah satu pembayar kangen Rinjani, nge-trip sepeda di daerah kakinya - Sembalun Lombok Timur. Dokpri |
Pendakian pertama saya sekaligus trip muncak, tahun 1995, selisih beberapa hari selepas 20 tahun karena pendakian pertama bertepatan dengan perayaan 17 Agustus-an. Selang dua tahun kemudian, saya dipercaya memandu dua teman pendaki lain di pendakian pertama mereka, di mana trip muncak mereka persis di 22 tahun saya.
Belasan pendakian, dua diantaranya menjadi guide pendamping rombongan pendaki manca dari Amerika-Brazil dan Perancis. Rombongan manca lainnya, seorang dosen tamu di almamater saya yang berasal dari Australia.
Belasan pendakian yang melatari banyak kisah atau tulisan saya, fiksi dan non fiksi. Misal, saat masih jaman milisan, ada milis yang saling berbagi kisah keseruan trip pendakian mereka. Di sini, jejak tulisan saya berisi kisah magis, salam di belantara sabana jalur Sembalun yang berujung dengan perjumpaan dengan deretan mayat korban badai dingin Rinjani di tahun 1997.
Sayangnya, selepas pendakian terakhir saya di 2001, satu kali pun saya belum bisa kembali menapak jalur-jalur Rinjani. Meski sudah sangat sering wara-wiri di dua pintu pendakian utamanya, Sembalun di Lombok Timur dan Senaru di Lombok Utara, saya masih selalu bersyukur bisa pandangi siluet cantiknya Rinjani di pelupuk mata.
Tak ingin berandai-andai kapan tepatnya bisa nge-camp di salah satu posnya, tak terasa tetap saja peralatan pendakian satu per satu justru mulai terkumpul lagi. Ada satu tenda kecil, satu set nesting, jaket-jaket penahan dingin dan minimal, sandal atau sandal gunung yang lekat di banyak keseharian saya.
Siluet Rinjani dari ruas jalan kabupaten Lombok Utara. Dokpri |
Bagi saya pribadi, pembelajaran-pembelajaran interaksi individu di banyak trip pendakian yang telah saya lakukan mengajarkan banyak nilai-nilai positif. Beberapa keutamaan positif inilah yang ingin saya tularkan pada anak-anak atau siapa pun yang kemudian tergerak untuk juga ikut suka mendaki seperti saya. Mungkin tak harus ke Rinjani.
Pendakian gunung benar berujung pada kelelahan fisik dan psikis. Pendakian gunung benar tentang resiko bertanggung jawab pada diri sendiri dan tetek bengek perbekalan pribadi. Di sisi lain, pendakian gunung adalah juga tentang keindahan-keindahan di banyak sudut pandang. Tentang banyak nilai positif yang bahkan jika saya tuliskan satu per satu, tak kan cukup daftarnya melengkapi setiap sudut positif yang mungkin didapatkan pendaki lain.
Bagaimana jika itu sudut pandang positif Anda?
Salam lestari..
Mau juga ih ke rinjani mendaki gunung lewati lembah 😊
ReplyDeleteSalut sama teman2 pendaki. Aku udah jiper duluan. Pernah ke Badui Dalam sebagai peserta, jadi kalau pas ga kuat ada panitia yang siap siaga. Makanan juga sudah disediakan setiap jam makan. Kalau rombongan bebas khawatir nyusahin. Xixi
ReplyDeleteDan, pengalaman yang agak ga menyenangkan, harus nahan pup. Karena peraturan ga boleh pup di sungai, tapi gali lubang di kebun dulu. Ga kebayang kalau harus mendaki gitu. Ada pengalaman ga mbak?
Itu momok yang paling menakutkan buat aku. Xixi
Mbak +SriUntari..hahahaha, ngekor ninja hitori dong mbak...
ReplyDeleteMbak +AnitaMakarame, Rinjani jg sama sih mbak. Antara ditutupi pake banyak dedaunan, gali lubang atau uji kesabaran plus ketabahan pakai toilet gunung.
Tips lain, sama, nahan. Tapi jd susah makan karena takut kenyang dan perut over loaded dus jadi pengen bab dah.
HIH yaaa...
Waw.. gimana nggak rindu rinjani ya mbak? Apik banget. Masbojo yg hobi nih sampai sana. 2 minggu aku ditinggal hiksss. Jadinya selain rindu rinjadi rindu yayang jg mbak. Rinjani oh rinjani...
ReplyDeleteMendaki bareng yuk mbak, kapan..kapan hihi
ReplyDeleteAku baru mendaki gunung2 di jateng, dan bener bikin nagih. Jaman mahasiswi unyuu, kalo ke merapi kayak dolan ke rumah simbah. Bisa tiap 3 bln sekali, hahahaa
ReplyDeleteKeren mbaknya pendaki. Aku dulu pernah mau ikut club pencinta alam, tapi ga jadi
ReplyDeletewow cantiknya rinjani... mbakku dulu yang pernah mendaki rinjani. aku belum kesampaian :(
ReplyDeleteOalah bunsal tu lahir d lombok, aq kira lahir n besar d smrg, dpt suami org lombok
ReplyDeleteLestari
ReplyDeleteMbak +WahyuWidya wah, sukmben, genten to njenengan yg ngajak anak2 & mas bojo buat balik lagi ke Rinjani. Ndak harus puncak, trip ke danaunya juga inshaAllah seru plus tetep banyak koleksi foto cantik.
ReplyDeleteMeton +Imron Fhatoni: siap..pengen ajak anak2ku juga nii.
Mbak Wati: Nah to...aku ya dulu saking nyandunya ma Rinjani, 2 bulan isa bolbal ping 3..:))
Mbak Rahmi: Nganu, kata lain dari pendaki --yg versi jorok, penuh daki krn jarang mandi..:p
Mandi di gunung susah air...:)) *ngeles
Mbak Dini: Yuk mbak...smoga berjodoh pendakian emak2 blogger gitu yaaa. Aamiin.
Mara: huwwooo, kebolak gitu ya. Ilat jowoku diakoni kii...hihihihi
Puq Iqbal: Lestari malik puq..
Hai Mbak Muslifa, salam kenal yaaaaa. Pas ngeliat postingan ini jadi kepengen muncak Rinjani yang sudah bertahun tahun tertunda. Semoga tahun ini kesampaian yaaa... Aminnn :) Kamu keren banget sudah ke Rinjani dari tahun 90an Mbak. Pasti cakep banget ya Rinjani dulu sebelum banyak pendaki...
ReplyDeletedulu ak sebenere jg penadaran pgn ikut grup mapala gt, tp sayangnya asa satu hal ygbkutakutkan. bukan ketinggian, tp takut kalo kulitku yg legam semakin melegam mba.. hahahahaaaa
ReplyDeleteKeren mb, bisa menikmati pendakian, Rinjani lagi..aku pertama naik gunung ungaran yg ndak seberapa saja udah kapok hehe, ndak kuat fisik.
ReplyDeleteDulu blm bisa bgt menghayati keindahan alam soale, mungkin bedo sm sekarang liat foto mba saja udah bertasbih :)
Wah indahnya rinjani, aku mah pernah off road ke merapi, dan paling mendakinya bukit sikunir ama curug orok aja 😁
ReplyDeleteAku pengrn mbak...pengeen banget liat rinjani dr deket. Doain kesampean
ReplyDeletejadi kangen nanjak lagi, tapi gak yakin masih kuat atau ngga hehehe...
ReplyDeleteaku masih kecil itu pada pendakian pertamamu bun :-D
ReplyDeleteAku belum pernah mendaki Rinjani. Jadi pengen, tapi aku anaknya mudah lelah
Jaman SMA pernah mau nekad ke Rinjani, padahal nggak bawa "gear" yang cukup, karena cuma bawa kostum yang cocok buat ke pantai di Bali hihi. Jadi pengen ke Lombok ih, dan tahu deh sekarang kudu kontak siapa di sana. ^^
ReplyDeleteAku to pengen banget ke Rinjani belum sempet mbaaaa huwaaaa. Cakep ya kelihatannya huhu someday dehhh
ReplyDeleteHi juga +SatyaWinnie, salam kenal balik ^_^ Blog & trip2mu keren abiz. Sukaaaa lama2 ngendon mbaca disana.
ReplyDeleteMbak +RahmaMocca, nha, karena sekarang sudah 'laku', kulit coklat langsat udah ndak masalah kan yaa..Hehehehe
Mbak +Relita , aku jg sebenarnya ndak kuat nanjak. Ndaki sekian kali, ketemu tips yg cocok buat badanku yaitu nggak booleh minum banyak-banyak. Minumnya pas sudah nge-camp. Alhamdulillah, akhirnya jadi bisa nerusin rihlah ke gunung atau bebukitan.
Mbak +VitaPuspitasari , alhamdulillah, aku malah belum pernah ke 3 tempat yang pernah didaki mbak Vita. Semoga nanti diajak anak-anak kesitu deh..Konon mau jadi manula yg bisa tetap mendaki...Bismillah aamiin..^_^
Mbak +MunaSungkar , Aamiin pake banyak mbakdos...Kabar2i yaaaa, menawi isa tak kancani..^_^
Zata, buktikan bareng..^_^ Aku pernah di tahun 2015 lalu, cuma bukit 500an mdpl. Lumayan terengah-engah sih, tp alhamdulillah sampai puncaknya juga.
Mbak +NyiPenengahDewanti, sama badanku koq, mudah lelah. Tapi bisa diakalin, ndaki santai saja. Sesampainya, selamat, nyampe puncak dan pulang dg selamat lagi..^_^
Mbak +Winda , siap mbak Winda...aku pertama muncak RInjani ya nekat koq. Pake kulot pula..Hahahaha..Lagi baru hijrah, pake hijab dan serba rok.
Mbak +DwiSeptianingsih , Aamiin, someday later deh yaaa. Kabar2i lhooo..^_^