Bismillah hir rohman nir rohiim
Beberapa tahun terakhir aktif
menulis, salah satu tema yang cukup berat bagi saya, menulis tentang orang
lain. Siapa pun itu. Kenal tak kenal. Saudara, tetangga, kerabat pun handai
taulan. Akan mudah jika sebelumnya saya melakukan wawancara personal, terbesar
tentang data pribadi yang umum dimintai, selebihnya, standar-standar pertanyaan
untuk jawaban yang kemudian bisa dirangkai menjadi satu sosok yang diinginkan
individu itu sendiri – plus tentunya berdasar rangkaian jawaban yang saya
peroleh dari wawancara.
Ultah Loenpia.Net di satu tahun, satu masa. |
Tunas support visit dan komen: Ramadan 1438 Terbaik di Lombok.
Itu pula sebabnya, berbagai tema lain tulisan, tersering yang sesuai dengan pengalaman saya pribadi. Kalau pun melibatkan orang lain, umumnya ya mereka yang pernah berinteraksi dengan saya. Namun tetap juga berdasar pada apa yang terlahir, entah melalui percakapan-percakapan online juga offline, atau pertemuan-pertemuan yang mungkin lebih sering melibatkan percakapan melalui bahasa tubuh.
Itu pula sebabnya, berbagai tema lain tulisan, tersering yang sesuai dengan pengalaman saya pribadi. Kalau pun melibatkan orang lain, umumnya ya mereka yang pernah berinteraksi dengan saya. Namun tetap juga berdasar pada apa yang terlahir, entah melalui percakapan-percakapan online juga offline, atau pertemuan-pertemuan yang mungkin lebih sering melibatkan percakapan melalui bahasa tubuh.
Pendek kata, saya mulai selalu
membiasakan diri menerima siapa pun di luar diri saya pribadi an sich dengan dan sesuai perwujudan lahir. Bungkus luar. Segala sesuatu yang tak terlihat, tak
terdengar, menjadi kuasa sepenuhnya mereka. Siapa lah saya punya hak
menduga-duga, manalagi sampai menyimpulkan ini dan itu.
Nah, karena arisan komunitas blogger
Gandjel Rel Semarang kali ini mengambil tema ‘Sahabat’, diputuskan oleh duo
pemenang si mbak owner Frozen Kuro Agustina Dwi Jayanti dan mbak Nurul Aldise, saya
akan menuliskan deretan sahabat terbaik saya selama hampir setengah abad
dilimpahi berkah rezeki umur dan kesehatan.
Mulai dari masa dibawah usia 15
tahun, saya cukup lekat sebagai sosok si pintar. Yaaa, pintar akademik alias
standar nilai rapor. Berdasar ini, rasa-rasanya saya berteman dengan hampir
semua teman kelas. Sahabat dekat? Karena sejak kelas satu SD hampir selalu di
tiga besar bersama dua teman cewek sekaligus tetangga plus teman main, bagi
saya mereka tercatat sebagai yang terdekat di hati. Indikator sederhana, sampai
kapan pun saya hapal mati tanggal ultah mereka berdua, mengingat beberapa
kenangan khusus saya dengan mereka, mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil yang
tak penting.
Acara bersama Komunitas Majalah Ayah Bunda, duluuu. |
Baca juga: Tubing Sungai Seru di desa wisata Pringgasela Lombok Timur.
Meningkat ke network (tsah..) yang lebih luas, saat sekolah menengah pertama (SMP) saya bahkan tak pernah menyentuh rangking tiga, karena selalu di dua besar. Sssttt, ini karena saya terpisah kelas dari dua karib saya di SD, si rangking satu dan dua (boleh banget ngakak di sini J)
Meningkat ke network (tsah..) yang lebih luas, saat sekolah menengah pertama (SMP) saya bahkan tak pernah menyentuh rangking tiga, karena selalu di dua besar. Sssttt, ini karena saya terpisah kelas dari dua karib saya di SD, si rangking satu dan dua (boleh banget ngakak di sini J)
Eh, sekelas lagi dengan si rangking
satu di tahun pertama, ujian kedewasaan ( wkwkwk ) pertama saya bermula.
Terbiasa mentok di tiga besar selama sembilan tahun sekolah, saya benar-benar
menangis ketika mengintip rapot dan peroleh rangking enam. Enam!! *lebayah
Eh lho, koq jadi keasyikan dan
keterusan curcol masalah rangking begini yak.
Kembali ke sahabat, yang terhitung
dekat bagi saya saat masih di bangku SMP juga ada dua orang. Jeleknya saya, dua sahabat saya ini
tak saya ingat ultahnya. Seorang yang belum berhasil saya jumpai lagi, hanya
saya ingat sebagai si Gemini yang ceria. Seorang lainnya, Alhamdulillah,
menjadi tetangga saya. Bisa sekali waktu saya kunjungi tanpa harus janjian,
sekadar memastikan ia dan keluarganya sehat-sehat selalu.
Teman-teman kontributor HelloLombokku |
Baca juga: Komunitas BIAP, Perpustakaan Jalanan kota Mataram Lombok.
Hmmm, sudah ada empat orang nih yang lekat di hati saya. Di samping mereka berempat, satu gank (jaman dulu, girls squad juga sudah ada lhooo) khusus juga ada, lebih karena kami bertetangga dekat dan bisa banget nenangga meminjam lirik lagu ‘Pacarku Lima Langkah Dari Rumah’. Saking dekatnya kami, ibu-ibu mereka sudah saya anggap ibu saya juga. Wajib salim saban ketemu. Kesuksesan atau kesedihan mereka adalah kebahagiaan, kebanggaan dan kesedihan saya juga. Hi genks, ijin menulis tentang kalian di paragraf ini yaaa. Eh, nama gank-nya? Kebontalo Girls..^_^
Hmmm, sudah ada empat orang nih yang lekat di hati saya. Di samping mereka berempat, satu gank (jaman dulu, girls squad juga sudah ada lhooo) khusus juga ada, lebih karena kami bertetangga dekat dan bisa banget nenangga meminjam lirik lagu ‘Pacarku Lima Langkah Dari Rumah’. Saking dekatnya kami, ibu-ibu mereka sudah saya anggap ibu saya juga. Wajib salim saban ketemu. Kesuksesan atau kesedihan mereka adalah kebahagiaan, kebanggaan dan kesedihan saya juga. Hi genks, ijin menulis tentang kalian di paragraf ini yaaa. Eh, nama gank-nya? Kebontalo Girls..^_^
Deretan sahabat terbaik dari Kampus Putih Unram. Ada si imut nih.. |
Sedihnya, saat kuliah, tak ada
seorang pun dari para sahabat saya di atas berada di kampus yang sama. But
wait, tak sampai semester dua, saya pun kembali lekat dengan dua orang plus
satu gank. Si cantik berdarah Arab, sungguh mengisi hati dan hidup saya dengan
banyak keberkahan serba positif. InsyaAllah, banyak sisi baik saya saat ini,
hasil polesan selama mengaribinya (ana uhhibukka fillah..). Si imut, kawan baik
dari sejuta satu orang lainnya, juga selalu di tempat khusus di hati dan hidup
saya (ana uhhibuka fillah too..).
Huwwaaa, koq jadi mewek gini yak.
Ibu-ibu cantik milis Balita Anda chapter Semarang. |
Di luar beberapa sahabat saya di atas, masih ada belasan sahabat lain yang akan sangat panjang jika saya tuliskan tentang mereka semua di sini. Si tomboy yang introvert, namun masih saja bersedia menjadi telinga dan hati yang sempurna bagi saya. Seorang lainnya yang sudah menjadi guru di pelosok Kalimantan sana. Yang sudah menjadi dosen, guru di berbagai jenis sekolah dan daerah, komunitas-komunitas -- milisan, blogger, grup chat. Ish, berasa jadi kemaruk sahabat yak.
Tim Genpi Lombok Sumbawa |
Pendek kata, saya jenis orang yang
membuka diri untuk silaturahmi baik. Terbesar karena ingin menjalankan perintah
agama yang saya yakini, lainnya hanya menyesuaikan dengan standar norma
kebanyakan. Ingin dan masih selalu berjuang di barisan manusia-manusia berpikir
positif. Kedepankan sisi baik dari semua hal. Terbesar demi kebaikan saya
sendiri, sisanya semoga selalu dari, atas dan demi prinsip kebaikan bersama.
Wallahu’alam bisshowab.
Banyak sahabat banyak rezeki ya mbak nanik 😊
ReplyDeleteHalo mbak +Vita Pusvitasari : Iya, Alhamdulillah, aamiin..^_^
ReplyDeleteBanyak sahabat banyak rejeki..kangen2an kalau beda universitas itu rasanya lebih nampol ya bunsal :*
ReplyDeleteSeru ya mba punya banyak sahabat :)
ReplyDeletealhamdulilah semoga silaturahmi jalan terus dengan semua sahabat y mba :) klo aku uda jarang ketemu palingan tukar kabar lewat medsos :)
ReplyDeleteSahabat adalah bagian dari keluarga yang harus dijaga ....
ReplyDeleteSemoga persahabatannya selalu terjaga ya Bunsal
ReplyDeleteSenangnya punya banyak sahabat...
ReplyDeleteAlhamdulillah, bahagianya banyak sahabat ya bunsaal..
ReplyDeleteMohon maaf lahir batin mbak, baru bisa BW nih :)
ReplyDeleteWah sahabatnya banyak ya mbak sampai ngebentuk genk, alhamdulillah..
Memeng benar mbak kalau kita rajin menjaga tali silaturahim pasti sahabatnya banyak yaa :)
Bunsal banyaaakk sahabatnya, aseeeggg... Kapan kita bisa ketemu lagi ya, Bunsal?
ReplyDeleteAsik ya mbak sahabatnya simana-mana..jangan lupa berkabar lho kalau ke Semarang :D
ReplyDeletesahabat slamanya, semoga sahabatan kita gandjel rel mengabadi ya bun
ReplyDelete