Awalnya
benar-benar merasa buntu ide, ketika harus menulis dengan tema yang berkaitan
dengan Hari Guru. Yang terlintas justru tulisan-tulisan sejak empat tahun lalu.
Bahkan mungkin sudah ada lima atau enam judul yang pernah tertuliskan di blog
ini. Ingatan yang menyumbat ide berikutnya, menulis dari angle yang mana lagi?
Masih bersama mb Ida Arafah, travel-mate Weekend Escape bareng Insto ^^ |
Kemudian ternyata
saya tak harus mengingat lebih jauh lagi. Di dua pekan terakhir, tak tertahan
saya berucap ‘Saya ingin menjadi gelas kosong. Saya ingin menampung apa pun
lagi yang membuat pengetahuan saya bertambah.”
Saya beroleh
guru menulis baru. Kelas menulis di kantor di mana saya bertanggung-jawab
menjadi editor konten web travel. Saya merasa seperti seorang siswa kelas 1 SD.
Semangat berseragam merah putih baru, tas dan sepatu baru, buku-buku bacaan
dengan font berukuran rerata lebih dari 12. Setiap kalimat terbaca menjadi kotak-kotak
gambar hidup.
Kebahagiaan
belajar berikutnya, begitu banyak sosok-sosok yang telah tahan uji mau berbagi
sebanyak yang ingin terucapkan di setiap obrolan pagi, saat makan siang, petang
menjelang maghrib, kapan pun. Di satu sudut beratap seng, dekat dari parkiran, di
luasnya kantor baru. Pembelajaran-pembelajaran tentang banyak hal, tanpa kelas,
tanpa tingkat bangku sekolah, nisbikan gelar-gelar, karena kehidupan menjadi
ruang kelas tanpa dinding. Saya hanya harus memilih, dan saya masih sungguh
ingin memilih, sekali ini akan menjadi murid penurut. Memasang telinga, mata
dan hati. Tak sekati apa pun yang ingin terbagi.
Kantor adalah
juga sekolah saya. Benar hanya seorang ibu guru, dengan banyak bapak-bapak guru
lainnya. Ada pelajaran bahasa asing, ada pelajaran budaya, ada pelajaran tata
laku, ada pelajaran tentang kesejatian hidup. Seribu satu, setara dongeng
seribu satu malam.
Tapi, tolong
ijinkan saya, belum dulu bisa menyebut nama para guru baru. Bukan karena di
kalimat berikutnya, kembali tak tertahan saya berucap “What’s in a name?”
Ketika seringkali nama menjadi penyesat akal. Ketika saya sedang ingin lebih
memilih, ajari saya lagi, tentang apa pun.
Kenakan PDH Genpi Lombok Sumbawa Semoga bisa selalu berikan yang terbaik bagi pariwisata Lombok dan Sumbawa, pun Indonesia. |
Jika ujar-ujar ‘Belajar
adalah proses seumur hidup, tapi ada saat kita harus berhenti menambah (ilmu) dan
memulai membarui (ilmu)’, semoga saya mampu menjadi pelajar yang bisa membarui
segala yang sedikit saya tahu.
Pun semoga bisa
menjadi sedikit pelecut, serupa keinginan Mbak Relita dan Mbak Yuli Arinta,
rekan blogger saya di komunitas blogger Gandjel Rel Semarang. Bahwa selalu
pantas membagikan kesan terbaik bersama para sang guru. Bahwa belajar,
mempelajari, mengajari dan ajar, jadi satu laku kompleks dari mau mendengar,
meresapi, melakukan, pun sungguh semakin pantas disyukuri ketika bisa
terteruskan. Tak selalu tentang ruang kelas. Tak melulu tentang bangunan
bernama sekolah.
Kemudian, kesan
seperti apa yang ingin kamu kisahkan? Bolehkan saya kembali tawarkan diri,
sebagai si gelas kosong. Tak pernah ingin penuh.
Sepakat mba, belajar mmg bisa dari siapa saja, tak terbatas ruang, waktu dan usia yaa mba..:)
ReplyDeleteIya mbak Relita.
DeleteBelajar sampai liang lahat.
InsyaAllah, aamiin ^^