"Letakkan seberapa banyak gula yang kau mau, di dasar gelas. Baru letakkan sesendok kopi. Pastikan setiap kucuran air mendidih, menyiram lembut bubuk kopi. Kopimu akan menjadi kopi paling nikmat bagi lidah semua orang.."
Kalimat panjang yang akhirnya bisa lega saya tuliskan. Paraphrase pesan sederhana ibu, dulu, ketika kemudian saya dipercaya buatkan secangkir kopi hitam favorit bapak. Kopi bubuk olahan sendiri. Biji hijau mentah yang terbeli di pasar tradisional terdekat dari kota kecil Selong, Lombok Timur. Bercampur sekian takar beras yang telah diangin-anginkan kering setelah perendaman sekian menit, beberapa potongan kelapa tua segar serta sedikit jahe. Sudah terlalu lama untuk bisa bangkitkan ekstasi rasa, saksikan ibu atau almarhum nenek saya, menjaga api dari setiap kayu bakar di tungku sederhana dari tanah liat. Mengaduk campuran kopi, sabar menungguinya sampai hitam pekat dan uap putih. Kontras yang kini saya kenang indah, entah karena ia memang telah benar-benar sebatas kenangan.
Cred. sasangps.wordpress.com |
Kopi Lombok bagi saya, adalah tentang kehangatan keluarga. Miliki keluarga besar yang terpisah di tiga desa namun di satu jalur mudik, Kesik, Gerami (kini menjadi Gelora) dan Kotaraja, segelas kopi hitam berisi kenangan tak terhitung.
Barisan terdekat almarhum kakek dan nenek dari garis ibu. Keluarga besar bapak. Pun sekian lapis generasi dari para saudara bapak dan ibu. Besar, dalam arti harfiah.
Segelas kopi Lombok juga kisah tentang berbagai jenis gelas, wadah mengopi. Satu bentuk yang abadi, karena saya temukan dan ingat sejauh saya mengingat masa kecil sampai kini hampir menuju setengah abad, gelas berukuran persis setangkup tangan anak usia 7 atau 8 tahun. Seringkali sedikit motif bunga, kadang bening polos. Ada pula cangkir besi lurik hijau, coklat pun biru. Entah mengapa, selalu sepasang. Kopi milik bapak dan ibu. Entah mengapa pula, akan selalu ada kebahagiaan serta kebanggaan ekstra, ketika bapak ijinkan saya cecap sekian teguk kopi miliknya. Mungkin, semacam perasaan bungah, bapak telah menganggap saya sama dewasa.
Kopi Lombok adalah juga tentang Kopi Sajang Sembalun yang femes dan sudah pula mendunia. Saya beruntung, berkat menulis dan pengakuan di sana sini tentang kecintaan saya pada cairan hitam pekat ini, saya sudah cecap sekian jenis kopi dari delapan kabupaten di Nusa Tenggara Barat. Kopi Tepal Sumbawa, Kopi Organik Tambora Dompu, sekali dua, kembali sengaja mencecap sepenuh rasa kopi bubuk buatan salah satu bibi saya di kampung. Sekadar teruskan kenangan manis, habiskan masa kecil di berugak milik almarhum kakek. Puas kenyangkan perut dengan ikan bakar pun goreng, serta sepiring pelecing kangkung buatan nenek, istri almarhum kakek saya yang ke-9.
Bapak di tengah keluarga besar di Kotaraja. Dokpri |
Ya. Kembali, kopi Lombok selalu masih tentang kenangan yang tak pernah berujung. Seribu satu tulisan yang kisahkannya, adalah dan masih juga tentang seribu satu kisah kehangatan miliki keluarga besar di Lombok. Tentang penerimaan-penerimaan. Tentang rasa-rasa lapang.
Kini, di tulisan ini, yang saya dapatkan dari warisan pohon keluarga bercabang banyak, menyimpul pada hal sederhana. Keluarga adalah tentang kehangatan. Menjaga hal-hal baik. Meneruskannya, pun dengan cara-cara terbaik. Tentu bukan dengan kemudian berpoligami, misalnya.
Anak-anak yang semoga mau dan mampu teruskan segala hal baik. Dokpri |
Bisa jadi, kembali hanya tentang, meletakkan sesendok gula (yang sekarang sering saya abaikan), melanjutkannya dengan sesendok kopi, menyiraminya lembut dengan kucuran air mendidih. Tak perlu terburu. Tak perlu berlebih. Kemudian, kisah berikutnya berlanjut.
Mungkin dengan kamu, kisahkan semua yang kamu kenang. Tentang segelas kecil kopi hitam. Di gelas bening pun berbunga, atau cangkir lurik warna warni.
Tulisannya menghangatkan hati mba.. jadi inget keluarga, terutama orangtua �� *anak perantauan
ReplyDeleteTerima kasih, iya, memang kebetulan juga jadi ingat keluarga besar pas nulis ini.
DeleteSalam siang ..
Kopi Lombok memiliki banyak cerita ya, Mbak
ReplyDeleteBanget.
DeleteMeski tetap cuma 2 jenis, robusta dan arabica, masing2 daerah punya kisah panjang sendiri.
Salam Jumat pagi.
Penasaranan akan rasa kopi Lombok ini.. hmmm
ReplyDeleteKopi Lombok yang beli dari kamu ituh mba belum tak minum, habis pas mau minum muncul kopi2 lain dari belahan nusantara, numpuk deh
ReplyDelete