Mauuuu ..
Respon cepatku saat ditawari berangkat ke Jogja, Kamis 15 November minggu lalu. Jogja masih selalu menjadi kota biang sejuta satu kenangan. Takkan pernah jadi masalah untuk segera menambahkan satu kisah lagi.
Kali ini, aku membekal tugas sebagai bloger di tim liputan Generasi Pesona Indonesia (GenPI). Satu komunitas relawan pariwisata yang dibentuk Kementerian Pariwisata, kini sudah menyebar di 29 propinsi dan 5 negara luar. Bahkan masih terus berproses agar bisa terbentuk serta berjejaring, lengkap, di 34 propinsi se-Indonesia. Tahun ini, aku sudah bersama GenPI NTB di tiga tahun terakhir.
Atas: Wefie dari HP bang Nasroel -Korlap Tim Liputan Genpi. Bawah: Wefie dari kamera Monyo - Teman GenPI Jogja. |
Perjalanan Lombok, Bali, Jogja
Jadwal terbang yang tertera di e-tiket mulai menjadi dilema. Ikut jam berangkat Damri Bandara di pukul 6 pagi, baru akan sampai di bandara sekitar pukul 7:30, itu pun kalau perjalananan lancar. Sementara, jam take off tertera 7:50. Terlalu riskan. Web check in masih gagal, jadi pilihan utama harus cek in bandara langsung. Akhirnya, pilihan jatuh di keberangkatan Damri pukul 4 pagi. Sarapan atau ngopi pagi di bandara akan jauh lebih aman, daripada di satu jam sebelum jadwal take off masih berkutat dengan drama perjalanan dari Selong – Lombok Timur, ke bandara yang terletak di Lombok Tengah.
Nyatanya, perjalanan di jam 4 pagi ini pun sudah menjadi drama. Tapi, sudahlah. Jadwal terbang Wings Air on time di 7:50 pagi. Setengah jam berikutnya, aku sudah landing dengan selamat di bandara I Gusti Ngurah Rai. Perjalanan seru dan bahagia sudah dimulai. Sisihkan drama di kenangan paling sudut.
Di Ngurah Rai, baru tahu kalau ada spot foto berboncengan sepeda dengan Presiden Jokowi. Untunglah, Basri, sesama relawan GenPI mau berbaik hati memfoto. Juga di beberapa spot foto ikonik Ngurah Rai lainnya. Diskusi tentang pilihan mau sarapan ayam betutu Bali, tertinggal di diskusi. Nyatanya aku dan Basri merapat ke colokan gadget. Berburu kesempatan menuntaskan job online yang kebetulan tidak bersamaan dengan jadwal sedang berada di pesawat.
Coba kalau orangnya beneran, canggung banget paling yak ..:D |
GenPI, gassss .. Thanks Basri dah mau motoin .. ^^ |
Terbang selanjutnya menuju Jogja, Lion Air JT 569 juga take off on time. Alhamdulillah. Sekali itu, hp benar-benar aku matikan. Euforia berita tentang jatuhnya JT 610 masih ada yang tertinggal di otak dan hati. Jadi, rasanya sama sekali tak salah untuk sekali ini patuh benar pada himbauan pramugari ‘Matikan HP atau peralatan elektronik Anda, sekarang!’.
Kelegaan luar biasa, ketika akhirnya mendarat selamat di bandara Adi Sucipto, Jogja. Ah, serasa de javu. Setahun lalu, mendarat di bandara ini, sebagai satu dari 100 Mombassador SGM Batch 5. Jogja bagiku, masih selalu istimewa, persis seperti tulisan di salah satu dinding luar bandara. Tulisan di bawah deretan karakter wayang yang tampak unik, hitam berlatar dinding tembok semu kuning pucat.
Liputan Istimewa Jogja International Heritage Walk 2018
Jogja International Heritage Walk 2018, sukses terlaksana selama tiga hari, 16 sampai 18 Nopember 2018. Perhelatan rutin tahunan, di dasawarsa pertama ini JIHW mencatatkan banyak rekam pencapaian terbaik.
Diramaikan 350 peserta yang berasal dari 20 negara luar, antusias peserta lokal menggenapkan total sekitar 5000 peserta lebih. Dua aktifitas utama, yaitu Walking (berjalan kaki) dan Swimming (berenang). Lima ribu lebih peserta di acara jalan hari pertama, memadati setiap sudut di kompleks Candi Prambanan, venue utama JIHW.
Sri Sultan Hamengkubuwono X Melepas Langsung Start Peserta JIHW 2018 di Kompleks Candi Prambanan, Jogja. Cred. Tim GenPI JIHW |
Peresmian Permanent Walk 10km Internatinaler Volksport Verband (IVV) di JIHW 2018. Cred. Tim GenPI JIHW 2018 |
Di hari kedua, venue utama yang baru bertempat di daerah Turi, Sleman. Di tahun-tahun sebelumnya, aktifitas berjalan dilaksanakan di kawasan Imogiri. Namun, pemindahan lokasi memberi warna baru pada JIHW 2018.
Pemindahan venue utama kedua ke kawasan desa ekowisata Turi, kabupaten Sleman. Keputusan yang bukan tanpa alasan. Tema JIHW 2018, 'Save The Nature, Respect The Culture', membuat peserta merasakan langsung pesona serba alami, ragam kuliner khas, juga kearifan lokal masyarakat Jogja. Khususnya di desa-desa wisata Turi, Sleman itu sendiri.
Ibu Wakil Bupati Sleman, Dra. Hj Sri Muslimatun, hadir di Festival Desa Wisata di desa ekowisata Kelor, salah satu spot yang dilalui peserta JIHW 2018. Dokpri |
Oseng Salak Pondoh, varian olahan buah Salak Pondoh Kuliner khas yang bisa dinikmati peserta JIHW 2018. Dokpri |
Sebut saja tiga desa wisata yang dilintasi pada Minggu, 18 Nopember. Desa Ekowisata Pancoh (sentra Salak Pondoh), desa wisata Kelor (outbound dan ragam kuliner olahan Kelor) dan desa wisata Nganggring (sentra kambing Etawa), peserta menyaksikan langsung berhektar lahan yang ditanami Salak Pondoh. Berikutnya, varian kuliner khas, yang diolah dari produk unggulan masing-masing desa wisata.
Kembali ke JIHW, tiga rute utama Walking (berjalan kaki), yaitu 20 km, 10 km dan 5 km. Khusus rute 10 km, di tahun ini diresmikan sebagai 'Permanent Walk 10 km standard route Internationaler Volksport Verband (IVV).
Kabid Pemasaran Dinpar DIY, Imam Pratanadi, mengapresiasi tinggi banyaknya peserta JIHW 2018. "Beberapa negara baru juga turut mengirimkan wakilnya sebagai peserta. Mereka berasal dari New Zealand, Singapura, Malaysia dan Thailand," demikian sebagian pernyataannya di Jumpa Pers, hotel Melia Purosani pada 12 Nopember 2018 (12/11) lalu.
Track berjalan kaki JIHW 2018 di sela lahan Salak Pondoh Di desa ekowisata Pancoh, Turi, kabupaten Sleman. Cred. Tim GenPI JIHW 2018 |
Rombongan pejalan kaki dari negara China, foto bareng di stand-banner desa Pancoh, Turi, Sleman. Cred, Tim GenPI JIHW 2018 |
Penghargaan tinggi juga datang dari Menpar Arief Yahya. JIHW 2018 menjadi satu dari 100 Event Wisata Nasional Terbaik di Kementerian Pariwisata.
Kamu yang sudah tak sabar bergabung di event JIHW selanjutnya, masing-masing venue utama bisa diakses mudah. Pilihan moda transportasi tersedia lengkap. \Konsep sehat, berjalan kaki dan berenang, di destinasi-destinasi yang sarat dengan nuansa heritage, pesona serba alami, juga kekayaan khasanah budaya, ragam kuliner khas serta kearifan lokal.
Silaturahmi Membahagiakan Bernama Pertemanan
Selain Basri yang sudah sering bertemu di event-event GenPI NTB, praktis tidak ada yang aku kenal di personil tim liputan lainnya. Beberapa nama tampak akrab, karena pernah terbaca selintas di akun-akun sosial media rekan GenPI NTB yang sedang liputan event CoE lainnya. Dasar yang membuatku masih belum berkabar ke teman-teman lintas komunitas yang kebetulan tinggal di Jogja.
Alhamdulillah, serupa rezeki, silaturahmi masih juga tetap bisa terjalin dengan beberapa di antara mereka. Ada mbak Yani dan Sari, dua teman kuliah di Prodi Bahasa Inggris –FKIP Unram. Mbak Yani yang tinggal di Kebumen, jagoan sangat menyetir mobil sendiri bersama dua putra nggantengnya, nyamperin aku saat liputan di kawasan Turi kabupaten Sleman. Sari, ternyata berjarak hanya belasan menit motoran dari hotel timku, di Condongcatur, Jogja. Lalu ada Mbak Arti, sesama Mombassador SGM Batch 5. Saat itu, mbak Arti sekelompok denganku di tim ide spot inspiratif mombassador. Kesamaan kelompok dan kedekatan, yang membuatnya mewanti-wanti siapa pun di kelompok tersebut sedang berkunjung ke Jogja, harus segera berkabar padanya.
Arah jarum jam: Mbak Arti, Mbak Yani dan Sari. Dokpri |
MasyaAllah, indahnya silaturahmi. Indahnya berteman dan bersahabat. Pertemuan tak sampai satu jam (mbak Yani dan Sari) dan sekian jam dengan Mbak Arti, mengingatkan bahwa silaturahmi selalu indah untuk dijaga. Alhamdulillah, amin.
Senin 19 Nopember, jam kepulangan ke Lombok mulai terhitung mundur. Meski sudah berusaha menahan diri, nyatanya aku masih kalah juga. Backpack 20 liter dan dua tas kain yang jauh-jauh dikirim mbak Gana (tim admin Komunitar Traveler Kompasiana – Koteka) beranak-pinak. Toh, sampai di rumah di kota Selong – Lombok Timur, tentengan oleh-oleh khas Jogja tak jauh-jauh dari kerabat terdekat. Ibu, kakak, adik serta istri dan anak-anak mereka. Hahahaha ..
Yang penting sudah usaha. Memberikan kesan baik, tugas liputan jauh-jauh ke seberang bersama GenPI dan sebagai blogger, kini bisa memberikan manfaat tak hanya bagi aku pribadi. Juga sudah bisa berikan sedikit efek ke keluarga besar. Meski baru hanya segigit dua bakpia pathuk Jogja.
Alhamdulillah, banyak kangen yang terobati. Mendoan, angkringan, perkedel, bothok, gudeg, dan update konsep warung serba ada di Nasi Uduk Palagan, Jogja. Dokpri |
Kebiasan berburu sunrise atau sunset juga terbayarkan. Meski dapetnya karena Lion Air JT 0274 Jogja - Lombok, delay setengah jam .. :D . Dokpri |
Matur agung tampiasih GenPI, rekan-rekan blogger, Mombassador SGM Eksplor dan yang terutama suami, anak-anak serta keluarga besar. Sentuhan kalian mengantarkan aku di titik sekarang ini. Masih dan inginnya selalu berbagi hal serba positif, melalui rangkaian kata-kata.
Jadi, adakah yang mau janjian meet up di JIHW 2019? Kuy! Pilihan berjalan kaki sehat, baik di Imogiri atau pun Turi Sleman, adalah tentang keturut-sertaan menjaga lingkungan tetap hijau dan segar. Menjaga bangunan-bangunan bersejarah seperti Candi Prambanan lestari sampai anak cucu. Konsep-konsep yang semoga segera terterapkan juga di penjuru nusantara, terutama mengingat banyak daerah yang memiliki bangunan-bangunan heritage yang memiliki sejarahnya masing-masing.
Semoga. Segera..
Oo.. Ini ya event internasionalmya. Seru bgt!
ReplyDeleteKeren bun, pas aku ke jogja belum sempat jalan-jalan ke tempat bersejarahnya. Semoga bisa ke jogja lagi
ReplyDeleteAsyik banget siiih acaranya, ngga mampir Semarang ni Bunsal..
ReplyDeleteWah eventnya kece nih, bikin sehat ya jalan2 gitu Apalagi bisa kulineran, lihat sejarah, atau lihat pohon salak gitu
ReplyDeleteBunsal keren melanglang buana terus, sukses sellau untuk GenPInya..ditunggu cerita selanjutanya... kangen Lombok salam buat Mas Rinto, Mbak Salwa dan Mas Alfa :D
ReplyDeleteKeren banget acaranay, Bunsal.
ReplyDeleteBtw sayang ya kita nggak agendakan ketemu di Ngurah Rai ��
Oseng salak pondoknya bikin mupeng Bunsal hehhehe
ReplyDelete