Untuk sebagian besar
orang, menikmati makanan favorit mereka, menjadi salah satu cara meringankan
stress. Moody healer. Penyeimbang, untuk kembali ‘waras’. Bagi saya, salah satu
yang terbaik dari proses ini, menikmati makanan tradisional.
Di Lombok, tiga yang akan
saya ulas berikut, adalah juga makanan-makan yang sarat dengan kelindan masa
kecil yang manis. Masa ketika kita seolah dilahirkan hanya untuk terus menerus
makan, makan, makan dan makan. Pilihan rasanya hanya ada dua, makanan yang enak
dan yang enak banget.
Atas nama masa kecil saya,
auto ya ini tentang kisah puluhan tahun lalu. Dimana salah satu kuliner ini,
bahkan saya pernah rasakan langsung, proses membuatnya. Kenangan-kenangan dari
banyak orang lainnya, asbab betapa kuliner Indonesia itu
memang punya beragam kisah. Sebut jika misalnya kita mengambil dari angka
jumlah provinsi se-Indonesia saja dulu. Dibukukan sekali pun, sudah ada kisah
dari 34 kuliner. Pilihan mendasarnya pun sudah bisa jadi dua buku tebal.
Kuliner menggunakan bahan dasar yang sama, atau kuliner dari bahan-bahan dasar
yang benar-benar berbeda.
Mari tinggalkan bab
tentang buku kuliner. Ini dia tiga kuliner khas, yang ingin saya sisipkan di
benak Anda. Lebih afdol lagi, jika Anda bisa menikmatinya langsung. Iyap, di
negeri seribu masjid. Lombok tercinta
Kudapan Manis Nan Sehat
Namanya Tempani. Thanks to a certain project. Proyek ini
melakukan proses lengkap. Yaitu, dari penyiapan bahan-bahan yang sehat,
resepnya, cara membuatnya, bahkan sampai waktu terbaik menikmatinya. Kudapan
ini manis, menyehatkan dan akan disukai oleh siapa pun. Tua, muda, peneman teh
manis panas, atau kopi hitam pahit nan kental.
Mengapa sehat? Bahan
utama Tempani yang saya akrabi, adalah tepung beras ketan atau tepung kacang
hijau. Nah, tepung kacang hijau inilah yang menjadi favorit saya. Pemanisnya
cukup bubuk gula aren, yang juga sama-sama menyehatkan. Terutama jika mengingat,
bahan-bahan ini begitu mudah didapatkan di era tahun 80-an.
Ujian terberat, justru di
proses pembuatannya. Meski alat cetaknya masih sama persis dengan yang pernah
saya gunakan puluhan tahun lalu, namun kesabaran memadatkan -- kemudian
membantingnya sampai tercetak sempurna, adalah satu hal yang sungguh berbeda.
Jadi cukup beralasan,
jika saat ini cukup sulit mendapatkan kudapan ini. Mungkin, tak banyak yang
tabah dan sabar di proses pembuatannya. Yah, jika pembandingnya adalah resep
instant cake-cake instagrammable, excuses
ini bisa dimengerti.
Lauk Sehat Plus Membuat Candu
Seperti halnya semua
pelosok daerah Indonesia, Lombok pun memiliki dua kuliner yang juga dijadikan
sebagai lauk. Di tulisan ini, yang pertama adalah Ebatan. Lauk berupa urap
sayur. Kedua, Rarit, ‘rendang sapi’nya Lombok. Yang ini, versi sangat
minimalis, karena daging sapi yang dijadikan Rarit, hanya dilamuri asam dan
garam. Lalu dijemur sampai kering.
Ebatan, bagi saya, sangat
pantas dilestarikan. Bahan-bahan sayurnya, tidak diragukan lagi manfaat dan
nilai gizi yang dikandungnya. Ada dua pilihan daun, yaitu daun Turi atau daun
Belimbing. Ada pula tauge pendek kacang hijau (kecambah), sebagian menggunakan
kacang kedelai rebus. Kacang panjang, parutan kelapa segar, kemangi segar,
terong. Yang lengkap dan paling lezat versi saya, Ebatan yang disiram kuah
santan kelapa kental, yang sebelumnya dimasak dengan bumbu rempah lengkap.
Syukurnya, saat ini sudah
banyak yang menuliskan pilihan resep dan bahan utama Ebatan. Jadi, boleh banget
dipraktekkan sendiri di rumah. Tentu, akan menjadi momen lebih menyenangkan
lagi, jika Anda menikmatinya dengan beberapa potong Rarit goreng hangat.
Plus, jangan lupa, sekian
jam kemudian, kudapannya adalah Tempani. Boleh sekali mengabari saya, bahwa
Anda terinspirasi melakukan hal tersebut, setelah membaca tulisan ini ^^
Saya tunggu ^^
Kayanya aku udh pernah nyicip yang tempani nih. Tp yg ebatan blm pernah. Bahannya mudah didapat kan dijawa?mau bikin sendiri ...hihi
ReplyDeleteTiga nama yang asing namun bikin penasaran ingin mencoba berdasarkan dekripsinya. Tapi sayangnya fotonya ga langsung muncul ya kak? Kudu diklik dulu linknya
ReplyDeleteBikin ngiler semuanya nih, aku juga belum pernah nyicip semuanya hehehe
ReplyDeleteWaah..sayang aku tak sempat mencicip kuliner tradisional ini saat ke Lombok kemarin.. Duh jadi peasaran, ke sana lagi apa ya..? Hehe
ReplyDeleteTempani mirip dengan kue satru khas Kudus, bahannya sama. Aku kalo ke Kudus suka mampir beli kue ini di pasar Kliwon
ReplyDeleteWah jadi penasaran dengan masakan Lombok rarit dan tempani, aku belum mencicipiny Bunsal..
ReplyDeleteAku baru denger nih nama kuenya mbak paxahal punya temen orang Lombok tp blm pwrnah dibawain ini kalo mudik hahahha...
ReplyDeleteUnik juga ya si Ebatan. Kayak urap tapi pake disiram kuah santan. Jadi pengin nyobain nih mba.
ReplyDeleteKalau Tempani itu persis kue satru ya kalau di Semarang, bahannya dari tepung kacang hijau gitu kan.
Komplit banget nih pilihan menunya. Urap sayurnya, rendang lauknya dan Tempani snacknya. Hmm jadiii penasaran.
ReplyDeleteKue kacang hijau juga ada nih mb di Pontianak, tapi maya lupa kalau di Pontianak apa namanya. Proses pembuatannya memang cukup rumit. Maya lebih senang beli aja ketimbang buat. Biasanya orang pontianak kalau lebaran ada kue ini juga selain nastar dan lapis legit
ReplyDeleteTempani? Namanya unik. Cara pembuatannya dibanting-banting? Dipadatkan? Itu pakai kayu kan, Mbak? Aku jadi penasaran rasanya. Apakah pas masuk ke mulut kemudian terasa ambyar?
ReplyDeletewah, aku taunya cuman plecing aja mbak,kapan2 cobain makanan khas lombok lain ah, yang ga pedes2 amat :D
ReplyDelete