Hidup di era serba digital, banyak hal juga semakin mudah. Tentu karena sistem yang bisa diakses online, serta tidak mengharuskan kita berinteraksi offline. Demikian juga untuk sistem pencatatan khusus, misalnya, catatan keuangan keluarga.
Tak bisa dipungkiri, catatan keuangan memang sebaiknya harus segera dimulai. Bahkan juga bisa dibiasakan sejak masih kecil. Nah, sekarang nggak perlu repot menulis tangan. Aplikasi digital pencatat keuangan sudah banyak dan sangat bisa dipakai sesuai kebutuhan.
Saat Terbaik Memulai Catatan Keuangan
Jujur, saya pribadi bukan pencatat keuangan yang baik. Namun, sesekali benar-benar membuat catatan khusus, lalu kemudian menyusun cara mengatur duit (keuangan). Paling sederhana, alokasi keuangan wajib bulanan dan sumber penghasilan untuk menutupi kewajiban ini.
Ada yang masih ingat 'pepatah' khusus terkait ini? 'Jangan letakkan telur dalam satu keranjang'. Terbaca gampang, namun seringkali cukup sulit dipraktekkan. Bahwa, semua potensi penghasilan kita, sebaiknya memiliki banyak pos. Bukan sekadar untuk dihabiskan selalu, tetapi juga diletakkan di 'keranjang' lain. Tentunya dengan potensi memberikan penghasilan tambahan, di samping penghasilan utama.
Begitu seterusnya, lalu jika memungkinkan, kita sampai pada titik, kebutuhan wajib harian sudah tercukupi dengan baik. Idealnya, dengan tidak lagi mengandalkan sumber pemenuhan kebutuhan ini, dari penghasilan utama.
Tiga gambaran ini, rasa-rasanya sudah bisa mulai dikenalkan, bahkan sejak anak-anak. Bagaimanapun, anak-anak sudah mulai mengenal uang, sejak mereka mulai mengenal 'njajan'. Banyak keluarga yang mulai menerapkan konsep, anak-anak diminta mengatur sendiri pola 'njajannya' ini. Misal, jika sehari mereka membelanjakan lima ribu rupiah, mereka akan diberikan 35 ribu rupiah dalam seminggu. Konsep ini akan memberikan pelajaran disiplin, memahami resiko dan kesiapan menerima sanksi.
Yaitu, jika anak-anak disiplin membelanjakan hanya lima ribu sehari, berarti mereka akan tetap bisa 'njajan' dari Senin sampai Minggu. Tetapi, jika uang tersebut dihabiskan sehari, mereka juga harus menerima resiko tidak bisa jajan di sisa hari selama seminggu.
Pos-Pos Penting Keuangan Keluarga
Umumnya, di satu keluarga, pos-pos wajib keuangan terdiri dari:
Pertama, kebutuhan wajib harian. Pos ini termasuk jenis kebutuhan primer. Sering juga disebut uang dapur. Sayangnya, karena minimnya pembelajaran keuangan di keluarga, seringkali pos ini menghabiskan hampir semua penghasilan utama.
Kedua, kebutuhan wajib sekolah. Untuk pos ini, kebutuhan buku, tas, seragam dan printilan sekolah lainnya.
Ketiga, kesehatan. Walau termasuk kebutuhan primer, pos ini termasuk yang sering terpinggirkan. Apalagi jika pencari nafkah utama bukan jenis pekerja dengan penghasilan bulanan tetap. Bahkan meski sedang berada di masa pandemi sekali pun, banyak keluarga yang kurang mampu, dan terpaksa tidak menyediakan anggaran khusus untuk kesehatan.
Di samping tiga pos utama di atas, ada pula yang memasukkan tabungan liburan sebagai pos utama. Sangat beralasan, terutama jika kita jenis pekerja berpenghasilan tetap, namun memiliki kesempatan berlibur yang minim.
Demikian juga dengan pos kebutuhan sandang, papan atau olahraga. Prinsipnya, jenis kebutuhan sangat fleksibel, tergantung nominal penghasilan tetap kita sendiri.
Nah, sekarang, sudah siap mengatur keuangan dengan serba digital? Yuk, bagikan ulasan ala kamu. Ditungguuuu ..
Post a Comment
Post a Comment