Tepatnya, di kota kelahiran saya, Selong. Kota kabupaten Lombok Timur, satu dari empat kabupaten di pulau cantik, Lombok. Pulau yang terkenal dengan pantai-pantai eksotisnya, serta tentu juga Gunung Rinjani. Lokasi Waroeng Teras strategis.
Warung terhitung berhadap-hadapan, dengan satu-satunya gerai franchise ayam enak di Lombok Timur. Juga bank-bank yang umum dimiliki netizen Indonesia, serta 10 langkah dari pom bensin utama, di pusat perniagaan Pancor. Kalau saya, bisa juga jalan kaki langsung dari rumah. Jaraknya masih aman dan tidak bikin encok. Sekira kurang dari 7km bolak balik.
Atas nama lapar dan hujan deras, asli lupa foto warung dari depan, juga dua pelapak di sisi kanan. Dokpri |
DONG AYOK, PILIH DO SAN ATAU JI PYEONG?
Harus Pesan Ini di Waroeng Teras
Sebenarnya, mampir di warung ini hasil suit batu gunting kertas sama si sulung, Salwa. Di sekitar swalayan tempat kami berburu parfum (yang masih saja bikin saya mabuk pas memastikan wangi paling pas), ada beberapa tempat makan. Namun, Waroeng Teras tampak cozy. Pagar hitam dipadu sebagian kusen coklat kayu, juga intipan dedaunan hijau, serasa semacam pohon rindang di pinggir sawah. Tampak nyaman.
Saat mendekat, ternyata ada sedikit keriuhan. Intip dari celah pagar, serta ikatan balon warna warni di beberapa sudut, warung sedang ramai dengan perayaan ulang tahun. Langkah ragu-ragu kami berdua, sigap dijawab seorang lelaki.
“Masih boleh masuk koq bu. Masuk saja. Silakan..”
Red Velvet Salwa, meja 3, dan pintu masuk samping Waroeng Teras. Dokpri |
Jadi, karena ragu-ragu masuk di area utama warung, kami melipir ke sisi barat (sisi kanan). Di sini, menghadap ke arah lokasi pom bensin, ada dua lapak. Yang satu ayam geprek, sebelahnya lagi lapak minuman kekinian. Yas, ada Coffee Highway samting! Salwa yang juga girang dan langsung pesan Red Velvet, akhirnya jadi ikut yakin. Lalu kami berdua memilih duduk di meja berangka 3.
Salwa dengan Red Velvet dan Ayam Geprek lepel pedas 5 (lepel pedasnya dari 1 sampai 5 ya semeton), saya masih dengan Coffee Highway saja. Untunglah, di meja tersedia menu dan beberapa foto sederhana dari menu tersebut. Another yas! Ada Beberok Terong Bakar. Terus, karena enggan makan nasi, saya pesan mie ayam bakso. Sorakan ke3 berikutnya, karena rasa pedas mi ayam bakso endapkan rasa khas merica. Favorit saya! Entah karena 3 kali girang, saya mulai kalap. Sudahlah pesan mi ayam bakso, minta lagi seporsi beberok terong bakar dan bakwan jagung.
Ayam Geprek Pedas Lepel 5 di Waroeng Teras. Dokpri |
Mi Ayam Bakso dengan pedas merica dan sambal cabe, my fave! Dokpri |
Pendek kata, buat yang juga suka pedasnya merica, wajib ‘ain buat pesan mi ayam-nya Waroeng Teras. Namun, sedikit catatan tambahan. Bakwan jagung yang crunchy, masih terasa dari tepung bumbu instan. Lalu beberok terong bakarnya, terong ungunya dibakar di atas teflon. Jadi, aroma bakaran terong jadi agak berbeda dengan terong bakar favorit saya. Meskipun di bakar di kompor gas, saya masih lebih cinta dengan terong yang dibakar utuh dengan kulitnya. Nah, barulah kulitnya dibersihkan dan hanya menyajikan bagian dalam terong bakarnya.
Homey Food, Catering dan Kesantunan di Waroeng Teras
Saat kami akhirnya menikmati semua pesanan, langit dia tas kota Selong semakin kelabu pekat. Kekhawatiran mendadak hujan lebat, terasa pula bagi sebagian besar tamu undangan dan juga yang sedang merayakan ultah. Rasa khawatir yang berimbas pula ke kami. Rasanya ingin bergegas dan segera selesai makan.
Sembari sibuk khawatir dan mengunyah, mendadak ibu pemilik warung menghampiri dan menyapa. “Coba masakan ibu yang ini juga ya. Siapa tahu cocok …”
Sepiring udang goreng tepung gratis dan ibu pemilik warung (tampak dari belakang). Dokpri |
Bakwan Jagung. Akhirnya dibungkus dan bawa pulang. Total 2 minuman dingin, dua ayam geprek, mi ayam bakso, beberok terong bakar dan seporsi bakwan jagung, 70K idr. Dokpri |
Sambil berucap begitu, salah seorang pelayan beliau meletakkan seporsi udang goreng tepung. Uwow .. Alhamdulillah berlipat ganda ini sik. Asli diberikan tester gratis. Sepiring penuh! Ibu pemilik warung, semacam ingin membalas kontan rezekinya dari tamu yang merayakan ulang tahun anaknya. Langsung nraktir pengunjung warungnya yang lain, yaitu saya! Hehehehehe ..
Akhirnya, balapan dengan turunnya hujan, kami yang ingin buru-buru selesai makan kalah juga. Bres. Derasnya hujan ndak kira-kira. Meja kami yang berada di luar ruang utama, mulai kena tempias derasnya hujan. Ini pun berujung di kejutan selanjutnya. Salah seorang pelapak yang menjual minuman kekinian, memaksa kami pindah ke ruang dalam. Tamu dan yang pesta ultah, sudah sepi. Curiga, mungkin pelapak tersebut masih keluarga ibu pemilik warung, karena ia berkeras kami duduk di set meja yang bersih.
MAU IKUTAN BIKIN STARTUP? BEGINI CARANYA
Salwa cuma kejepret tangan. Dia maunya dipotret di ruang dalam waroeng. Dokpri |
Bahkan, ada satu set meja dengan kursi gaya lama. Itu lho, yang pake kayu hitam berukir dan beludru merah di dudukannya. Satu hal yang menguatkan kesan saya, Waroeng Teras adalah usaha kuliner keluarga, sekaligus juga usaha catering yang dituliskan juga di lembaran menunya. Ah ia, ada satu kayu temple di tembok, berisi beberapa buku bacaan. Jadi, kamu yang terjebak hujan dan ingin berlama-lama menikmati suapan dari menu-menu keluarga, bisa juga sembari membaca koleksi buku bacaan Waroeng Teras.
Sayang, set kursi oldies dan buku, lupa saya potret. Next other time, mungkin ya. Masih belum berhasil mencoba lontong soto ayamnya. I’ll be back. Tunggu gajian dulu, tapiiiii .. ^^
Membaca artikel ini pas hujan, itu jadi pengen meluncur ke sana karena makanan dan minumannya bikin ngiler hehehe
ReplyDeleteAaaaah, jadi rindu Lombok. Aku punya adek sepupu yang tinggal di Mataram, dia pegawai PLN di sana. Semoga mamti bisa ke Lombok lagi sama keluargaku dan kulineran juga kayak Bunsal
ReplyDeleteDuh duh duh, cerita Bunsal selalu bikin ku pengin ke Lombok. Hiks..Semoga pandemi segera berlalu ya, udah niat banget sama suami mau kesana rame-rame.
ReplyDeletePengen nyicip Beberok lagi..hehe.. Sepertinya asyik nih ya warungnya, tidak hanya menu enak dan tempat nyaman, tapi pelayanannya juga bagus..
ReplyDeleteMenunya asyik kayanya ya bakalan betah nongki2 di situ apalagi sambil baca buku ato ditemani teman2 kesayangan
ReplyDeleteSegitu banyak jenis makanan habisnya 70k ya lumayan murah ya bun, apalagi kalau lihat tampilannya emang enak nih makanannya. Acara berduaan dengan anak wedok jadi asyik nih meskipun harus sambil nunggu hujan reda ya. Dapet bonus udang goreng pulak, yuhuuuu...
ReplyDeleteBeberok terong bakar tu maksudnya apa ya terong bakar sambal gitu kak? Hehehe... Murah ya. Segitu banyaknya cuma 70 rebu. MAsih dikasih udang juga. Ajib.
ReplyDeleteAh padahal aku penasaran dengan set kursi oldies-nya mbak.
ReplyDeleteMenu makanannya tergolong jenis makanan yang nyaman dipesan ya,, maksudnya nggak perlu ragu dengan rasanya, pasti bakal doyan untuk lidah Indonesia.
Btw, 7 km jalan kaki bolak-balik lumayan kali mbak. Habis kenyang makan di resto, jalan pulang, lapar lagi dong.
Wah girl time nih ceritanya...semangat banget nih makannya tapi sampe rumah laper lagi ga? Gara2 jalan kaki..hihihi kok aku penasaran sama beberok
ReplyDeleteYa Allah murah ya, es puternya bikin ngiler kangen makan di luar jadinya. Nggak ribet masak, hehehe. Seru ya bunsal itu kalau sekeluarga makan bersama di situ murah soalnya
ReplyDeleteWah, murah ya bunsal, sebanyak itu pesannya hanya 70 ribu dan puas pula dengan rasanya. Plus dapat gratisan udang goreng..rezekiii...
ReplyDeleteBaru tau ada tempat makan kece di Selong. Bsok klo k Lotim mampir aaah
ReplyDeleteHadeuuuuh, liat gepreknya dan mie ayam aku langsuuuung laper :D. Mie ayamnya lgs diguyur kuah gitu ya mba? Agak beda Ama mie ayam Jakarta yg kuah dipisah dan lebih bening. Tapi aku slalu suka mie ayam, dalam bentuk apapun sih :D.
ReplyDeleteBeum pernah k lembok, tapi makanan Lombok kayak beberuk terong, pelecing, Taliwang, aku sering coba di JKT, dan sukaaaaak. Tapi aku yakin di kota asalnya pasti lebih enak :)