Sejak dulu, membaca dan menulis eksis sebagai pembuka jendela dunia. Kini ada yang perlu ditambahkan. Yakni, menjadi pendengar dari berbagai diskusi online. Salah satu yang saya ikuti, webinar ‘Ruang Publik KBR’ di Rabu 25 Mei 2022. Meski terbatas di satu jam pas, banyak hal baru yang kemudian menyembuhkan salah satu ketakutan masa kecil saya.
Sekarang jadi makin tenang berburu sunrise di Pantai Sepolong, Lombok Timur. Dokpri |
Desa Sepolong, saat saya kecil sekitar 40-an tahun lalu, dikisahkan dari sisi menyeramkan. Kata ‘Sepolong’ sendiri berarti ‘sebagian’ atau ‘sebelah’. Salah satu kosa kata suku Sasak, suku terbesar di pulau Lombok. Desa ini dijadikan pusat perawatan pasien penderita Kusta. Penyakit yang efeknya memang bisa menghilangkan sebagian anggota tubuh yang terinfeksi.
Iyap, webinar yang saya saksikan, bertemakan ‘Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas’. OYPMK adalah singkatan dari Orang Yang Pernah Menderita Kusta.
Sebagian pertanyaan dari peserta webinar. Semoga OYPMK dan Remaja Disabilitas semakin banyak yang mendapatkan haknya. SS event |
Indonesia Bebas Kusta Dengan Rutin dan Disiplin Berobat
Nah, kembali ke kisah masa kecil, orang tua tentu wajar merasa seram. Bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae), sejenis bakteri yang pertumbuhannya lambat, bisa ditularkan penderita Kusta melalui kontak langsung yang erat dan lama, atau perantara udara.
Alhamdulillah, saat ini, berkat perkembangan dunia medis, obat-obatan untuk pasien penderita kusta juga semakin efektif. Sepanjang segera memeriksakan diri ke dokter, disiplin meminum obat yang diresepkan, kusta bisa sembuh tanpa mengalami kecacatan.
Dua bangunan bekas pusat perawatan OYPMK di desa Sepolong, Lombok Timur. Desa ini sekarang ramai dilintasi masyarakat umum. Dokpri |
Demikian pula informasi yang disisipkan sepanjang siaran langsung diskusi Ruang Publik KBR melalui Youtube Berita KBR yang saya ikuti. Wajib menghindari tertinfeksi bakteri penyebab kusta. Namun, jika ada seseorang yang terjangkit, semangati untuk segera ke dokter dan mendapatkan proses pengobatan sesuai tingkat infeksinya.
Ruang Publik KBR Tentang HKSR OYPMK dan Remaja Disabilitas
Tiga narasumber dihadirkan di Ruang Publik KBR. Ada Westiani Agustin - Founder Biyung Indonesia, Nona Ruhel Yabloy - Project Officer HSR, NLR Indonesia dan Wihelimina Ice - Remaja Champion Program HSR dari NTT. Diskusi satu jam, dipandu Rizal Wijaya dan peserta bisa berinteraksi melalui kolom komentar di siaran langsung Youtube juga dengan WA, SMS serta menelepon langsung.
Salah satu pertanyaan yang ditanyakan serta dibacakan, seorang ayah yang mengkonfirmasi, pembalut saat datang bulan, sebaiknya diganti berapa kali dalam sehari. Sederhana, namun ternyata banyak anak-anak yang merasa orang tua mereka abai dengan informasi sesederhana ini.
Yuk, makin peduli dengan lingkungan sekitar kita. Utamanya ya memenuhi HKSR bagi anak-anak ita sendiri. SS event |
Westiani, yang sempat memaparkan, bahwa kita perempuan telah menjadi penyumbang sampah terbesar dunia karena menggunakan pembalut sekali pakai, menyarankan agar segera mengganti dengan jenis pembalut yang dipakai berulang. Walaupun harga awalnya mahal dibandingkan pembalut sekali pakai, jika dikalkulasi di jangka panjang, justru jauh lebih hemat.
Nona dan Ice, lebih banyak memaparkan diskusi terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Bagaimana anak remaja kita semua, normal maupun disabilitas, memiliki hak yang sama untuk akses tentang informasi tersebut. Demikian pula dengan OYPMK. Sehingga setiap mereka, bisa tumbuh dan dewasa dengan pengetahuan tentang kesehatan seksual serta reproduksi dengan sama baiknya.
Kemana Konsultasi Tentang HKSR OYPM dan Remaja Disabilitas?
Bagian menarik, ketika Ice, yang menjadi champion HSKS dan juga seorang remaja disabilitas, membagikan pengalamannya bagaimana bisa terpilih sebagai juara di program ini. Menurut Ice, meski seorang kakaknya sudah menginformasikan tentang hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi, banyak teman sebayanya yang tidak mendapatkan kesempatan yang sama.
"Di lingkungan saya, informasi terkait HKSR terbatas. Syukurlah ada program yang diselenggarakan oleh NLR Indonesia, sehingga saya bisa turut dan semakin aktif menyampaikan informasi, bahwa anak-anak dan remaja seperti saya, butuh diberikan haknya. Khususnya yang berhubungan dengan kesehatan seksual serta reproduksi," jelas Ice panjang lebar.
Satu tambahan highlight yang saya catat khusus, pemenuhan HKSR anak dan remaja, berdampingan dengan pengetahuan tentang seks yang sebenarnya bisa diperkenalkan sejak dini. Bahkan, Westiani menyebutkan, proses ini bisa dilakukan sejak masih dalam kandungan! Caranya? Sejalan dengan pengenalan kata, ibu bisa membacakan info kepada janinnya di dalam perut.
Beberapa remaja tampak menikmati juga sunrise Pantai Sepolong. Semoga mereka remaja yang sudah terpenuhi HKSRnya. Aamiin. Dokpri |
Diskusi satu jam, yang kini membuat saya tenang. Saya, anak-anak saya, dan siapapun, bisa bebas berkunjung ke pantai Sepolong. Kusta bisa disembuhkan. Kenangan seram di masa kecil, tercerahkan. Tambahan pencerahan lainnya, semacam harus mengajak putri sulung untuk sama-sama menggunakan pembalut ulang pakai. Jangan sampai menjadi bagian dari perempuan yang saya tulisan di awal tulisan, 'Kelompok penyumbang sampah terbesar di dunia'. Ya itu, karena enggan berpindah dari pembalut sekali pakai.
Ah ia, selain ke kelompok-kelompok kader di organisasi PKK, ke layanan pusat kesehatan masyarakat, kamu yang ingin konsul terkait HKSR bisa ke web NLR Indonesia. Nah, kalau mau makin intens sayang bumi dengan program-programnya Biyung Indonesia, bisa ke akun instagram mereka dengan nama sama. Untuk diskusi ruang publik yang menarik lainnya, ya ke KBR. Selamat juga ke lima peserta yang mendapatkan gimmick dengan pertanyaan terbaik mereka. Skuy, panteng KBR ya. Banyak diskusi bertema keren, juga ditunggu hadiah dengan pertanyaan terbaik sesuai tema ^^
saya juga pernah mengikuti diskusi ttg kusta di Ruang Publik KBR ini, bersyukur mendapat bsnyak pencerahan ttg penyakit ini dan penanggulangan nya. BTW, foto2nya cakeep deh..
ReplyDeleteaku pernah juga ikut diskusi bareng KBR ini dan bahas tentang kusta. Jadi tau kalau Indonesia ternyata juga ada penderita kusta. dan bisa disembuhkan ya mbak kusta ini.
ReplyDeleteAku pernah juga ikut diskusi seru ini. Jadi tahu banyak hal soal penyakit kusta dan bagaimana menyikapinya. Semoga teman-teman yang pernah menderita kusta bisa mendapat lebih banyak ruang untuk berkarya di masyarakat ya.
ReplyDeleteEdukasi yang baik bagi penyandang kusta usia remaja dan OYPMK mengenai awareness masalah kesehatan organ kewanitaannya.
ReplyDeleteSemoga acara bersama KBR ini mampu mengingatkan banyak orang di Indonesia untuk bersama membangun lingkungan yang nyaman untuk tumbuh kembang anak-anak generasi masa kini.
wah seru ya mba, kita jadi tahu lebih banyak tentang penyakit kusta ini jadi nggak salah kaprah dan menyimpulkan sendiri yang berakhir membatasi ruang gerak teman-teman yang menderita kusta ini
ReplyDeleteAku jd inget dulu poster ttg penyakit kusta dipasang gede2 di lingkunganku. Zaman skrng makin banyak edukasi soal kusta dan juga penyintasnya pun udah banyak difasilitasi utk bisa hidup dan beraktivitas seperti org2 pada umumnya ya.
ReplyDeleteMendengar atau mengikuti webinar di KBR selalu menginspirasi salah satunya tentang OYPMK. Keberadaan mereka kadang tak dianggap padahal banyak di antaranya yang berprestasi dan bisa diterima di dunia kerja.
ReplyDeleteaduh soal pembalut emang masih jadi pe'er banget sih mba.. aku juga masih pakai pembalut sekali pakai. mau gimana lagi udah nyaman banget. mau ganti ke menscup belum berani. kayaknya bakal ambil yg pembalut kain aja deh
ReplyDeleteTetanggaku ada mbak yang kena kusta, amit, kakinya yang kelingking harus diamputasi. Kulihat sampai sekarang beliaune masih minum obat. Kadang kala malah melihat kakinya ada lukanya lagi.
ReplyDeleteAnggapan 'jijik' masih nempel di masyarakat sini, Mbak, takut ketularan jadi pada abai.
Kusta ini masih jadi momok ya mbak di Indonesia. Edukasi ke masyarakat memang harus terus dilakukan agar penyakit ini punah
ReplyDelete