Cara Jitu Membunuh Malas Ngeblog Dengan Ngefiksi - Aseanis Writing

Begitulah salah satu cara efektif saya, membunuh rasa malas ngeblog. Sampai saat ini, masih yang terampuh. Cuma, memang tidak selalu tayang di blog ini. Lebih sering di platform menulis lain, seperti Kompasiana.

Berburu sunmori atau sunrise pantai Labuhan Haji, Lombok Timur. Dokpri

Persis seperti hari ini. Sejak ambruk gara-gara mendadak kumat vertigo di Sabtu pagi, 10 Juni lalu, praktis tidak mampu menulis. Total tiga pekan! Sehari dua sembuh, mengerjakan yang lain, energi menulis hampir selalu sudah habis. Ide sih banyak. Masalahnya, duduk diam, memilah diksi dan menguraikan ide tulisan itu yang belum mampu.

Syukurlah, menargetkan diri mulai aktif menulis lagi di hari ini, berbarengan dengan hari terakhir batas waktu satu lomba blog. Dimana? Salah satu komunitas blogger terlama saya, Gandjel Rel, yang berbasis di kota Semarang, Jawa Tengah.

Malas Ngeblog Itu Manusiawi

Iya. Sesuka apapun kita terhadap sesuatu, selalu ada masanya kita memang tidak mampu melawan rasa malas. Ngeblog, misalnya. Padahal, ngeblog ya menghasilkan uang. Ngeblog juga menjaga trafik web personal kita. Yang terbaik, tentu ya menjaga otak kita tetap bekerja positif, kreatif dan merawat pengetahuan. Dasarnya sedang malas, tiga contoh manfaat positif tersebut ya sebatas diingat doang. Tidak menggerakkan untuk menulis sesuatu.

Bagi saya, kadang, tingkat malasnya pun semacam ‘sempurna’. Sudahlah tidak menulis, semua sosial media pun ‘menyepi’, padahal sedang tidak Hari Raya Nyepi. Eh..

Ngeblog di cafe, kadang sangat membantu menjaga mood selesaikan satu tulisan. Dokpri

Sejatinya, aktivitas menulis bukan hanya di blog saja. Gaya menulis kita, bisa kita bangun di banyak platform sosial media. Mulai dari status, keterangan foto atau video, atau narasi yang disisipkan di salah satu video terbaru di kanal kita.

Tapi ya itu tadi. Terjebak rasa malas, jadinya malah cuma scrolling. Pembaca yang hening. Tak terasa, kadang bisa sebulan penuh, sama sekali tidak update blog. Kalau pun akhirnya menulis, terpaksa memilih fitur back date. Hehehe..

Tak Hanya Ngefiksi, Ini Rumus Jitu Membunuh Malas Ngeblog

Sebenarnya, dengan judul sub bagian di atas, mengikuti satu arisan blog amat sangat membantu melawan rasa malas. Bagaimana tidak. Selama satu periode arisan, mau tak mau, suka tak suka, mau malas sebagian atau sempurna, wajib hukumnya kita update blog sesuai tema yang dipilih peserta yang dapat arisan.

Keringanan berikutnya, tema tulisan ya dikeroyok ramai-ramai. Alias ditawarkan ulang ke peserta arisan, sedang pengen nulis tema ringan apa. Jadilah, blog para peserta arisan, bisa tetap ter-update. Peserta arisan juga belajar menjaga tanggung jawab, menuntaskan menulis di setiap tema, sampai arisan berakhir.

Huhuhu, mau lagi dong, arisan blog bareng Gandjel Rel.

Ngefiksi atau mbaca buku fiksi, kerap membantu saya membunuh rasa malas ngeblog. Dokpri

Ah ia, selain ngefiksi dan arisan blog, berikut beberapa rumus jitu, yang ampuh membantu saya membunuh rasa malas ngeblog:

Pertama, ngefiksi. Setelah memasang tulisan ini di blog, saya akan melanjutkan dengan satu fiksi di akun saya di platfom Kompasiana. Ditunggu ya. Pasti koq saya pamer di semua sosial media. Tolong dibantu doa, semoga lancar sebagai kumpulan cerpen. Tampiasih ^^

Kedua, wajib ‘ain membekal buku di dalam tas, kemana pun pergi. Meski sebenarnya si buku yang terbawa, tidak selalu terbaca sampai selesai, minimal ketika terjebak buat menunggu, waktu menunggu terselamatkan bersama satu buku. Seperti minggu lalu. Saya ikut kakak sulung ke sawahnya di desa Tetebatu, kampung halaman almarhum bapak. Alhamdulillah, bisa juga selesaikan satu chapter buku ‘Dari Cinta ke Cinta’.

Ketiga, kabur sejenak, berburu sunrise atau set. Beruntung saya berada di kota pesisir. Pantai terdekat hanya berjarak 7 km saja. Lebih sering ya berburu matahari terbit, karena kampung kelahiran saya berada di sisi timur Lombok. Pemandangan indah pagi hari, bisa memicu buat menendang rasa malas menulis, jauh ke Timbuktu.

Keempat, mendadak rajin menyirami tanaman atau memasak. Hahaha. Ia, dua hal yang lebih sering saya lakukan, ketika sedang tertimbun rasa malas menulis. Penat dengan berjibunnya ide tulisan di otak, tidak sejalan dengan gerakan tangan serta hati, menuliskannya segera. Ide-ide, jadi dialihkan dulu ke koleksi tanaman atau praktik resep sederhana.

Nah, alhamdulillah. Tulisan sederhana di atas, setidaknya berhasil sesuai target. Enyahkan rasa malas. Blog jadi terupdate, demikian juga satu akun sosial media. Skuy, buruan dicontek rumus jitunya. Mana tau blog kamu juga jadi berhenti sebagai sarang Spiderman, eh, laba-laba ding.