Minggu hectik, seperti minggu-minggu lainnya. Betapapun, alhamdulillah, satu per satu daftar pekerjaan utama terselesaikan. Satu yang semakin intens, yakni semakin dekatnya pelaksanaan acara puncak Reuni Akbar SMAN 1 Selong. Almamater sekolah menengah atas saya dulu. 28 tahun lalu, saya lulus dari sekolah ini dengan dua tahun di kelas 11 dan 12, bersama teman-teman ber-’otak kanan’. Jurusan Fisika, dimana mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi jauh lebih banyak dari mata pelajaran lainnya.
Sebagian merchandise Reuni Akbar SMAN 1 Selong tahun 2022. Dokpri |
Buat Apa Sih Hadir Reuni?
Jawaban paling sederhana dari pertanyaan di atas, pun paling sering dipilih siapapun yang suka hadir di acara reuni, “Silaturahmi”.
Murni, salah seorang teman saya, dengan sepasang mata lelahnya bilang, “Kalau saya Nik, reuni itu seperti re-charge energi. Pulang dari bertemu teman-teman sekolah yang dulu, semangat saya kembali. Saya jadi punya tenaga super, melakukan rutinitas harian.”
Murni orang tua tunggal. Tiga anak-anaknya masih di bawah usia 15 tahun. Bisnis laundry rumahannya dikelola sendiri. Jika ada yang mengajaknya bertemu di taman-taman kota Selong, akan ia usahakan untuk hadir.
Teman saya yang lain, 11 12. Selain momen berkumpul saat lebaran, kadang kabar duka-lah yang bisa mengumpulkan teman-teman masa sekolah. Tentu saja mustahil untuk genap semua kelas. Setidaknya, bisa berkumpul sampai 50 an orang, sudah terasa sangat luar biasa.
Silaturahmi Lintas Angkatan
Berikutnya, silaturahmi lintas angkatan. Bahkan, ada pula yang baru tahu, bahwa ternyata kekerabatan mereka dekat. Seringkali karena garis jodoh, bisa dari garis keluarga pihak istri, atau suami. Yang tadinya silaturahmi teman sekolah, membuka jalan bagi silaturahmi keluarga besar.
Lantas, persisnya bagian mana dari serba serbi reuni yang bisa menjadi pembelajaran positif bagi anak?
Sa’adah, teman SD saya, juga ibu tunggal seperti Murni, berpendapat “Anak-anak saya bisa melihat, teman-teman ibunya banyak. Saling bersilaturahmi baik. Keluh kesah rutinitas harian keluarga kecil, sejenak lebur saat berkumpul bersama teman-teman sekolah ibunya.”
Mbak Rini Mukti, senior saya SMA, alumni tahun 1982. Beliau membagikan banyak pelajaran hidup mahal, hanya karena percakapan ringan, dari transaksi pembelian mug. Satu dari beberapa merchandise reuni.
“Serius mau menuliskan cerita saya? Nanti apa tidak jadi show off?”
Lama saya meyakinkan beliau, aktivitas blogging bagi saya adalah tentang meneruskan sejuta satu kisah-kisah serba baik. Kisah yang jika positif, manfaat positifnya pula yang diharapkan dapat sampai ke para pembaca blog. Lain-lainnya adalah bonus. Ekstra hadiah.
“Saya menjadi pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja, sedikitnya karena saya terbiasa belajar materi di kelas berikutnya. Misal, saat saya kelas 2, saya juga sungguh-sungguh belajar materi untuk kelas 3. Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Banyak aktivitas membuat jadwal harian saya padat. Kebiasaan positif yang membuat saya biasa bekerja dan menetap di Singapura selama puluhan tahun. Juga ringan langkah, segera terbang kesana kemari, tentu untuk urusan pekerjaan utama. Kerap juga untuk acara seperti reuni akbar begini.”
Tahun ini, Mbak Rini aktif mengkoordinir Reuni Akbar SMAN 1 Selong, juga alumnus almamaternya di kampus hijau IPB. Energi dari mana? Sebagiannya tentu energi positif dari silaturahmi.
Masih mbak Rini, “Saya pernah bekerja sebagai dokter hewan. Namun, bisnis membuat saya mengenal design meubelier. Bisnis yang benar-benar saya pelajari dari 0.”
Contoh nyata lainnya, benar ada ungkapan ‘From Zero to Hero’. Belajar sesuatu yang sangat baru, benar-benar dari dasarnya, lalu mampu menjadikannya bisnis. Monetization. Usaha menguangkan ‘ilmu’. Kalau saya, me-monetize tulisan-tulisan. Kecuali tulisan kali ini. Ikhtiar menjejakkan salah satu proses dari Reuni Akbar sekitar total 15 angkatan, di ultah SMAN 1 Selong yang ke-57.
Pembelajaran Positif Bagi Anak-Anak
Di tiga bulan terakhir, setidaknya ada keluarga besar baru yang saya peroleh, dari aktif di aktivitas reuni. Keluarga besar dari teman-teman SD, yang sebentar lagi akan terbawa pula ke teman-teman SMP. Keluarga besar kedua, teman-teman SMA, bahkan lintas angkatan.
Bagi saya, setidaknya berikut adalah beberapa pembelajaran positif yang bisa saya contohkan pada anak-anak saya. Diantaranya;
Satu, belajar mempraktekkan komunikasi positif. Mau berbicara di bahasa apapun, komunikasi positiflah yang memungkinkan satu target acara reuni bisa berlangsung baik. Reuni SMA lintas angkatan contohnya. Tak mudah menyatukan isi kepala dari perwakilan 15 angkatan dari tahun lulus berbeda. Nyatanya, hari H sudah sampai. Ahad, 16 Oktober besok, total 887 lulusan SMAN 1 Selong akan berkumpul serta bersilaturahmi bersama. Alhamdulillah.
Dua, pelajaran memanajemen waktu. Jika mau, jadi terasa, tak ada yang tak bisa. Reuni teman SD, hanya membutuhkan kurang dari 10 orang sebagai koordinator. Selalu berjalan baik dan alhamdulillah lancar. Reuni SMA, rata-rata penggagas dan koordinator, adalah juga pekerja super sibuk. Ternyata tetap bisa. Ya itu, karena mau dulu.
Tiga, belajar ikhlas dan sabar. Ikhlas kerap mudah dituliskan, tapi seringkali sulit dalam pratik. Sabar, mudah terlihat aplikasinya. Misal, jauh-jauh hari menyepakati jam tertentu sebagai target waktu berkumpul, mendadak berubah di 24 jam menjelang hari H. Jika tak sabar, yang ada saling memasang wajah masam. Atau paling ekstrim, keluar selamanya dari grup pertemanan. Waduh, jangan sampai ya.
Tiga itu dulu saja. Rasanya sudah pembelajaran positif yang nyata dan bisa diikuti anak-anak. Tetap dengan harapan terbaik, semoga terbawa sampai di kehidupan dewasa mereka kelak. Aamiin.
Usai hadir reuni, segera agendakan trip kamu berikutnya. Kalau saya, inshaAllah, minggu depan akan ke satu pantai di sisi timur Lombok. Giliran, akan seseruan bersama anak-anak pantai, Live Painting bersama empat komunitas pelukis di Lombok Timur. Mau ikut? Berkabar ya? ^^
Ada orang-orang yang recharge energy-nya dengan cara ketemu banyak orang. Kalau aku, kayaknya kebalikan haha, kalau ketemu banyak orang apalagi yang nggak sefrekuensi pas ngobrol rasanya fisik dan mental remuk. Makanya, aku gak pernah sekali pun ikutan reuni.
ReplyDeleteBisa jadi karena bawaan insecure juga. Bakalan ditanyain, "kok belum nikah?" dan ngerasa hidup gini-gini aja padahal aku paham ketemu temen lama itu manfaatnya juga banyak, bisa nyambung silaturahmi dan siapa tahu membawa rezeki (atau malah jodoh? hwhw). Tapi ntahlah, masih berat. Aku prefer ketemu temen-temen di dunia maya aja, temen-temen baru yang rasanya lebih bagus buat fisik dan mentalku ketimbang ketemu temen-temen lama :)
Setelah menikah, belum pernah lagi ikut reuni SMP, SMA, atau Universitas. Reuni memang seru sih karena ketemu lagi dengan kawan lama, ngomongin masa lalu, yang lucu-lucu, dan malah bersedih ketika guru kesayangan ternyata sudah meninggal.
ReplyDeleteAgak gimana ya kalo denger acara reunian. Soalnya seringnya di media atau tongkrongan tuh di-brandingnya "ajang pamer" sama "waspada cinta lama belom kelar",
ReplyDeletePadahal intinya ya harusnya cuma temu kangen dan silaturahmi aja sih. Plus, memang sebenarnya banyak sisi positif seperti kemungkinan pintu rezeki yang bisa terbuka.
Saya sukaa kalau reuni kampus, ikatan alumni kampus saya kuat soalnya. Dari yang awalnya nggak kenal atau beda jurusan aja begitu ketemu bisa langsung ikrib. Wkwk. Kalau reuni sd smp sudah skip bye-bye, kebanyakan pamer isinya. Reuni SMA paling sama temen-temen yang dulu akrab aja. Tapi sma saya juga belom pernah kayaknya ngadain acara reuni akbar kayak di cerita mbak ini. Apalagi sampai dapet merchandise.
ReplyDeleteMbak Bunsal memberi contoh cerita reuni teman sekolah berakhir bahagia. Saya sendiri ogah kalau diajakin reuni rame-rame gitu. Soalnya reuni kayak gitu seringkali berakhir dengan ajang pamer cerita sukses, padahal saya nggak merasa related dengan cerita itu (menurut saya mah, itu bukan jenis sukses yang saya sukai)
ReplyDeleteMudah-mudahan lebih banyak lagi manfaat dari reuni yang Mbak Bunsal adakan selain menyambungkan kasih sayang.
Jujur aku belum pernah ikutan reuni mbak. Aku orangnya kek mas Haryadi deh paling males dan ga bisa ketemu banyak orang blm lagi nanti jd ajang pamer atau ada juga yg kasus CLBK wes mendingan menghindari aja deh. Kalopun kangen sama temen2 sekolab dulu kami biasanya ketemu yg se gank aja yg sefrekuensi jd silaturajmi tetep terjaga sama sahabat2
ReplyDeleteaku justru yang paling males kalo ada reunian mbak.. entah kenapa aku gak nyaman, aku bukan tipe orang yang malas ketemu orang sik.. tapi kalo dateng reunian nanti dulu deh hahahaha... jujurly reunian banyak positifnya juga.. seperti yang mbak share di atas
ReplyDeleteDulu saya tuh paling anti kalau datang ke acara reuni
ReplyDeleteMerasa insecure kalau bertemu teman-teman lama
Maklum, dulu nggak percaya diri saat menjadi ibu rumah tangga
Tapi sekarang nggak lagi, saya sudah bangga dengan status sebagai ibu rumah tangga
Beberapa bulan lalu, saya datang ke acara reuni kampus
Seru bisa ngobrol dengan teman lama
wow live painting di pantai, seru banget. reunian sama teman2 terakhir waktu habis lebaran, anakku kapok ikut hahaha, kebiasaan di tempat cuma 2-3 orang langsung ramai kayanya ngga betah
ReplyDeletewow live painting di pantai seru banget. anakku kapok ikut reunian sama aku karena mungkin kaget ya, langsung rame karena biasa di sekitar 2-3 orang aja :))
ReplyDeleteWah, Lombok luar biasa... ada komunitas pelukis di Lombok.
ReplyDeleteDan yang dimaksud live painting tuh beneran melukis saat itu dan harus selesai saat itu juga?
Reuni membuat kita semua jadi merasa persahabatan tak tergerus dengan segala macam bentuk aktivitas apalagi usia.