Kamu yang suka nge-trip bareng anak-anak, biasanya hal istimewa apa yang meninggalkan kesan yang paling mendalam? Kalau saya, seringnya masih random. Kadang, satu sudut pemandangan yang cepat membuat kita nyeletuk ‘MashaAllah..Tuhan, ini indah banget’. Lain waktu, makanannya yang lezat. Sehari tadi, belokan jalan yang menuju spot wisatanya.
Iya. Setengah hari tadi, saya berkunjung ke Bale Mangrove. Satu spot wisata yang berada di Lombok Timur. Kedatangan paling pertama. Walau belakangan, ya itu tadi, ternyata jalur baliknya, pernah saya lewati beberapa tahun lalu. Sekitar tahun 2018 kalau tak salah.
Aksi Bersih Pantai
Jalur menuju Bale Mangrove, adalah jalur langganan ketika saya masih kerap mendapatkan tamu wisata grup keluarga. Tepatnya, dermaga Telong Elong. Satu desa kecil dengan dermaga sama kecilnya. Ada seorang sesepuh pemandu wisata di sini, yang komplit sediakan jasa pemanduan.
Pak haji ini memiliki banyak pilihan perahu, ada yang beratap kayu, memiliki jaket pelampung yang berkondisi baik, bahkan sediakan paket makanan yang sesuai dengan standar layanan untuk tamu wisata domestik dari kota besar seperti Jakarta. Dermaga Telong Elong inilah yang kerap menjadi titik antar, eksplor Pantai Pink Lombok dan sekitarnya. Bale Mangrove sendiri, masih berjarak sekitar 20 menit naik motor dari titik dermaga ini.
Sebaliknya, ternyata jalur kembali yang jauh lebih dekat, pernah saya datangi. Bedanya, hanya bersama anak-anak. Waktu itu, kami hendak mengikuti aksi bersih pantai. Spot pantainya cukup tersamarkan oleh kompleks perumahan. Syukurlah, waktu itu pantainya tetap ketemu dan anak-anak pun kesampaian turut melakukan aksi bersih pantainya.
Ajak Anak Wisata Sekaligus Pembelajaran Berinteraksi Bersama Alam
Ngekonten bareng kawan-kawan relawan komunitas GenPI Lombok Sumbawa, si sulung dan si bungsu komplit bisa ikut semua. Dokumentasi pribadi |
Kecuali putri sulung, sekian banyak trip wisata saya paling sering mengajak si bungsu. Waktu itu karena kami masih bisa bonceng bertiga, dengan ayahnya yang bawa motor. Sekarang? Sudah serba tanggung. Butuh dua motor terpisah. Kalau pun hanya berdua, lebih sering trip serba santai. Utamanya karena saya lebih suka ekstra hati-hati membonceng siapapun. Jauh beda dengan suami, yang tetap bisa PD nge-gas manteng di angka 60 kpj, siapa pun boncengernya.
Alhamdulillah, pengalaman mengajak anak berwisata, berhasil mengenalkan mereka pada sebagian hal mendasar. Standar umum berwisata.
Pertama, bijak kelola sampah. Saya galak urusan sampah, apalagi sampah plastik. Saat trip bersama, anak-anak sudah berhasil mengingat, bahkan bungkus permen sekali pun disimpan dulu sampai menemukan tempat sampah untuk membuangnya.
Dua pelukis perempuan Lombok Timur. Setahun terakhir, mulai sering jadi travel-mate saya. Dokumentasi pribadi |
Kedua, bijak kelola barang bawaan pribadi. Saya peminum air putih yang banyak. Kebayang dong betapa ribetnya kalau ngetrip malah repot serba beli air mineral setiap haus. Jadi, saya jenis traveller yang rempong bawa bekel air minum sendiri. Nganu, jenis manusia yang serba sungkan dan gak enakan juga si 😀
Ketiga, bijak kelola waktu dan manajemen emosi. Saat trip dengan kendaraan pribadi, tentu manajemen waktu bisa lebih leluasa. Nah, kalau mengandalkan angkot, ya harus belajar ekstra sabar. Sabar dengan waktu menunggu. Sabar jika ketemu sopir yang rese. Sabar jika jarak tempuhnya lumayan jauh. Juga banyak jenis kesabaran lainnya.
Khusus bekal ketiga ini, kami praktekkan bersama saat gabung ke One Nite Camp di Makam Keramat Suci di desa wisata Sugian. Waktu itu bareng keluarga besar relawan pariwisata GenPI Lombok Sumbawa.
Cukup tiga contoh sederhana dulu. Semoga nanti, ketika mereka kemudian siap untuk nge-trip sendiri, tiga bekal tersebut membantu mereka jadi traveller yang menyenangkan. Baik saat sendirian, juga ketika bersama orang banyak.
InsyaAllah, aamiin.
Kalau sedari kecil sudah dikenalkan dengan kebiasaan utk tidak membuang sampah sembarangan atau membuangnya pada wadah yang tepat saat berada di tempat wisata, bakalan bisa jadi kebiasaan yang akan terus terulang bahkan saat dewasa mereka nanti
ReplyDeleteWah, kalau aku biasanya jarang minum air putih mbak, ehh jadi sebotol air mineral bakalan cukup sih ini. Better bawa sendiri juga lebih ekonomis juga ya
Sepakat banget mbak Rahmah
DeleteSenang kalau anak-anak sudah dibiasakan melancong secara fleksibel gini ya, Mbak Bunsal.
ReplyDeleteJadi nggak akan rewel kalau ketemu situasi yang bikin tidak nyaman.
Saya masih belajar buat mendidik anak saya untuk bisa sefleksibel itu.
Iya mbak Vicky.
DeleteMungkin kebetulan juga krn sudah sejak balita pernah lintas Lombok Semarang.
Jadi keterusan sampe mereka besar, blusukan kesana kemari
Memang bagusnya dr kecil diajak eksplor ke macam2 tempat ya mbak jd dia liat tu ada begitu banyak jenis ciptaan Allah kita bisa sisipkan pemahaman tauhid adab all ternasuk menjaga lingkungan dgn buang sampah di tempatnya. Belajar menghargai orang lain macem2 deh
ReplyDeleteSepakat pake banyak mbak dosen^^
DeleteTiga Bekal Dasar Jadi Traveller Yang Baik dan Benar ini emang wajib banget disosialisasikan sejak dini ya mbak
ReplyDeleteSaat mengajak anak anak jalan jalan sedari kecil, saat itu pula perlu mendidik mereka menjadi seorang Traveller bertanggungjawab
Setuju mbak Dian
DeleteWahhh kalau bekal dasar yang ketiga jarang banget aku ikut sama orang, lebih enak ke traveling sendiri. Saling menunggu itu rasanya gak enak banget, apalagi kalau soal traveling yang udah gak sabar pengen cepet sampe ke lokasinya hha. Tapi kalau memang antar supirnya sudah janjian gitu mungkin boleh aja, tapi kalau datengnya gak pasti mending cari moda transportasi lain atau nebeng sama orang yang lewat hha
ReplyDeleteSepakat, aku juga jadi makin sering ngapa2in sendiri. Krn suka gak enakan dan bisa lebih tas tes kalo mau ngapa2in
DeleteNah kan setuju banget, bisa lebih leluasa untuk melakukan sesuatu. Tapi tentu ada plus minusnya deh kalau sendiri dengan beramai-ramai. Tinggal siap dengan hal itu atau tidak, dan jika bisa diminimilisirkan pengeluarannya
Deletehahahha aku kok jadi inget pengalaman pas kuliah, jadi traveller memang harus memiliki tiga kriteria tersebut ya mbak
ReplyDeletenah temanku dulu sebut aja Y adalah anak laki-laki satu-satunya, jadi kebayang pas traveling bareng dia, yang muanjaaah dan ruepoootnya setengah mati. Dia pernah make tisu gulung dua biji sendirian karena kakinya kotor! Hadeeeeh bikin kita segrup jengkel puol.
Mudah-mudahan gak dapet trip mate begitu lagi ya mbak. Kebayang mangkelnya 2 gulung tissue buat kaki kotor doang
DeletePoin penting itu mbak nomor 2 = tentang bijak mengelola sampah!
DeleteApalagi kita kan sering bawa minuman di botol plastik ya - bawa makanan juga kemasan plastik, dan itu akan mengganggu kalau semua buang sampah sembarangan
Tipsnya dirangkum dengan sangat baik, Mbak! Kebetulan saya juga baru pulang road trip yang tujuannya simpel: cuma pingin liat kota-kota lainnya. Saking simpelnya barang bawaan yang dibawa, sampai baju yang dipake harus dicuci di penginapan buat dipake besoknya 😂
ReplyDeleteSoal manajemen emosi ini selalu penting ketika bepergian ya. Misalnya bepergian bawa anak-anak kecil. Kita udah capek nyetir, mereka rewel. Harus tarik napas dalam biar gak berubah jadi monster 😆
Wah, saya malah belum berhasil mencuci baju ngetrip di penginapan. Yang ada, baju lembab bekas berenang atau main air, ya kebawa balik sampai ke rumah 😂
DeleteNah iya banget itu. Benar-benar skill lepel dewa, tetap di oktaf normal ketika sedang ngetrip jauh dan anak-anak rewel.
Terima kasih sudah mengingatkan ttg 3 hal dasar yg bs menjadi bekal penting saat ngetrip, mba.. Nah kesabaran itu yg sepertinya msh jd PR buat saya, hehe.. BTW, pantai pink msh menjadi salah satu penarik sya ingin ke Lombok lagi.. msh penasaran dg keindahan pantai ini.. Semoga segera bisa jln2 lagi ke Lombok. Aamiin..
ReplyDeleteBicara tentang waktu.. Paling sebal kalau traveling itu rombongan naik bus. Biasanya perjalananan bisa 6 jam, kalau rombongan bus bisa 10 jam habis di perjalanan. Gimana-gimana emang hal yg Mb Bunsal tuliskan itu bener juga sih ya
ReplyDeleteMeskipun terlihat simple tapi bekal ini yang justru yang menjadi dasar bagi para traveler. Jika sudah bisa memanage tiga hal ini dengan baik pasti bisa menjadi traveler yang baik juga benar. Terlebih lagi soal manajemen waktu, secara waktu saat perjalanan itu begitu berharga, telat dikit, kelar deh semua.
ReplyDeleteWah aku suka pelajaran ke tiga tapi aku belum pernh nih.bolehlah aku coba ke anak-anak.
ReplyDeleteSelama ini transportasi umum yang kami pakai adalah kereta. Sejauh ini aman dan anak2 happy.
Bener sekali. Sejatinya berwisata tak hanya sekedar mengenalkan keindahan sang pencipta.
Tapi bagaimana ada etika yang perlu kita ajarkan saat di ranah publik seperti tempat wisata ya mbak. Yakni membuang smapah pada tempatnya. Bagus mbak... aku suka ini
Tiga bekal dasar yang kelihatannya sederhana, tapi sangat berguna dan besar manfaatnya. Bukan buat kita si traveler saja, tapi buat orang lain dan semua tempat di bumi yang kita sambangi.
ReplyDeleteKetiga bekal yang harus dimatangkan dengan memperbanyak travelling.
ReplyDeleteBener ya.. kalau capek, biasanya lebih terpancing kondisi emosinya. Jadi memang mengelola apa yang bisa kita kendalikan ini penting sekali.
Pastinya, selain memperkaya pengalaman, travelling banyak sekali manfaatnya.